KETENAGAKERJAAN

Angkanya Tinggi, 23% Pemuda RI Tidak Menempuh Pendidikan atau Bekerja

Redaksi DDTCNews
Senin, 04 Maret 2024 | 09.45 WIB
Angkanya Tinggi, 23% Pemuda RI Tidak Menempuh Pendidikan atau Bekerja

Sejumlah tenaga kerja asing (TKA) membeli kebutuhan pokok di pasar tradisional di sekitar kawasan smelter di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Kamis (8/2/2024). Warga sekitar memanfaatkan banyaknya TKA dari China dengan membuat pasar tradisional khusus yang menjual segala kebutuhan terutama makanan China serta kebutuhan lainnya. ANTARA FOTO/Jojon/Spt.

JAKARTA, DDTCNews - Indonesia masih menghadapi kendala dalam meningkatkan serapan lapangan pekerjaan. Ada dua kendala utama dalam mewujudkan hal tersebut. 

Pertama, tingginya kelompok muda (usia 15-24 tahun) yang tidak sedang menempuh pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan (not in education, employment, or training). Kedua, adanya ketidaksesuaian keterampilan antara tenaga kerja yang tersedia dan kebutuhan pasar (skilss mismatch). 

"Ada 23,22% kaum muda kita yang tidak sedang menempuh pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan. Salah satu yang tertinggi di negara-negara Asean," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko  terangnya saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), dikutip pada Senin (4/3/2024). 

Adapun terkait dengan persoalan ketidaksesuaian keterampilan antara kebutuhan pasar dengan tenaga kerja, menurut Moeldoko, hal itu menyebabkan tingkat pengangguran pada lulusan SMA dan diploma.

Angka pengangguran pada lulusan SMA dan diploma masing-masing adalah 8,41% dan 5,59%. 

"Penting bagi kita memahami kompleksitas skill mismatch dan mencari solusi kolaboratif untuk mengatasi masalah ini," katanya.

Lebih lanjut, Moeldoko mengatakan produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu kunci untuk Indonesia Emas 2045. Untuk itu, tenaga kerja harus berkeahlian, adaptif, inovatif, dan mampu mengisi pasar kerja lokal dan global. 

Menjawab tantang tersebut, sambung dia, pemerintah telah melakukan percepatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, penguatan pelatihan reskilling dan upskilling, serta integrasi softskills bagi angkatan kerja untuk mengantisipasi disrupsi. 

Selain itu, sejak 2020 pemerintah juga meluncurkan program kartu prakerja yang saat ini sudah melatih sebanyak 17,5 juta angkatan kerja. 

"Ini semua merupakan upaya pemerintah untuk mendekatkan antara kebutuhan pasar dengan tenaga kerja," tutur Moeldoko. 

Pada kesempatan itu, Moeldoko yang juga Wakil Ketua Komite Cipta Kerja menegaskan saat ini pemerintah gencar meningkatkan investasi di dalam negeri. Salah satu tujuannya untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya. 

Untuk itu, peningkatan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja Indonesia sebuah keharusan agar lapangan kerja bisa diisi oleh anak-anak bangsa. 

"Jangan hanya bisa protes soal masuknya tenaga kerja asing. Kita juga harus meningkatkan keterampilan dan kompetensi," pesannya.

Sebelum memberikan kuliah umum di USU, Moeldoko sempat mengunjungi lembaga pelatihan untuk peserta kartu prakerja di Medan, yakni Innovam Indonesia Tranining Center. Lembaga ini memberikan pelatihan di bidang otomotif terutama teknik perbaikan kelistrikan mobil untuk kendaraan ringan. Pelatihannya sendiri dilakukan dengan skema luring. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.