Ilustrasu. Refleksi kaca deretan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (1/6/2020). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 akan mengalami kontraksi tajam, yaitu minus 3,1%. Dengan demikian, akan ada penurunan cukup dalam karena ekonomi masih tumbuh 2,97% pada kuartal I/2020.
Proyeksi itu disampaikan melalui video conference APBN Kita pada Selasa (16/6/2020). Sri Mulyani mengatakan kontraksi ekonomi tersebut disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menekan semua kegiatan perekonomian. Simak artikel ‘Waduh, Penerimaan Pajak Seluruh Sektor Usaha Utama Turun’.
"[Tekanan] ini pasti memengaruhi kinerja ekonomi pada kuartal II yang kita perkirakan di negative territory, minus 3,1%," katanya.
Sri Mulyani mengatakan pandemi virus Corona yang diikuti oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), telah berdampak pada terhentinya hampir semua kegiatan ekonomi di Indonesia. Apalagi, kasus virus Corona dan kebijakan PSBB itu terjadi di daerah dengan kontribusi PDB yang besar, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Sri Mulyani bahkan memproyeksi akan sulit membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 pada zona positif. Meski demikian, dia memastikan pemerintah akan mengupayakan agar kegiatan perekonomian kembali pulih menggunakan berbagai instrumen yang tersedia.
"Dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II itu, akan sangat berat untuk menjaga ekonomi tetap positif dan menjadi sesuatu yang luar biasa menantang," ujarnya.
Sri Mulyani menambahkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang negatif juga disampaikan berbagai lembaga ekonomi dan keuangan. Adapun secara global, berbagai institusi memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan ada di kisaran minus 3% hingga minus 6%.
"Pertumbuhan ekonomi dunia sekarang di atas 3%. Jadi kalau turun ke minus 6%, artinya turunnya hampir 9%," kata Sri Mulyani. (kaw)