JAKARTA, DDTCNews ā Suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) pada Maret 2017 diprediksi semakin kuat. Kebijakan tersebut diyakini tidak akan meredupkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi asing.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan, penyesuaian Fed Fund Rate (FFR) pada Maret ini sudah mencapai kesepakatan 100%. Diperkirakan The Fed akan mengerek tingkat bunga sebesar 25 basis poin (bps).
"Kenaikan acuan suku bunga ini akan membuat penguatan USD dan mata uang negara lain, tapi untuk rupiah Indonesia agak sedikit melemah," ujarnya di Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat (10/3).
Agus meyakinkan kondisi tersebut tidak akan menyurutkan investor asing menanamkan modalnya di Indonesia karena melihat fundamental perekonomian nasional yang cukup kuat. Stabilitas ekonomi nasional ini tercermin dari terjaganya pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan, cadangan devisa dari upaya pengelolaan fiskal yang baik.
Dia memperkirakan inflasi tetap akan bergerak stabil. Berdasarkan survei BI, realisasi inflasi pada pekan kedua Maret ini 0,18% atau lebih rendah dari pekan pertama maupun dibanding Januari lalu 0,97%.
"Ada dana masuk ke Indonesia mencapai Rp31 triliun sampai minggu kedua Maret. Ini yang membuat kami optimistis stabilitas ekonomi Indonesia terjaga, masih baik," jelas Agus.
Kendati demikian, Bank Indonesia tetap akan memperhatikan kondisi dan situasi global, selain kenaikan suku bunga The Fed, di antaranya peningkatan inflasi dan kebijakan moneter Eropa.
Selain itu, gejolak di Prancis karena ada pemilu, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan 6,5% pada 2017, serta harga minyak dunia terkerek naik US$50 per barel karena stok dan produksi di AS meningkat. "Ini jadi perhatian kami, tapi secara umum kondisi ekonomi Indonesia membaik," tutupnya. (Amu)