Kendaraan truk kontainer melintas untuk melakukan aktifitas bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (15/3/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu mewaspadai berbagai faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global. Beberapa tantangan tersebut, di antaranya adalah tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi China sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.
"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional," katanya, Selasa (23/4/2024).
Febrio mengatakan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 kembali mengalami surplus senilai US$4,47 miliar, memperpanjang capaian surplus neraca perdagangan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Nilai surplus tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2024 maupun Maret 2023.
Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Maret mencapai US$7,31 miliar. Menurutnya, berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik di tengah ketidakpastian perekonomian global.
Meski demikian, pemerintah tetap mewaspadai berbagai tantangan yang dapat menghambat aktivitas perdagangan global. World Economic Outlook (WEO) yang terbit pada April 2024 juga proyeksi pertumbuhan global pada 2024 hanya sebesar 3,2%, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis pada 2000–2019 yang mencapai 3,8%.
"Pemerintah akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan perang antara Iran dan Israel tidak berdampak signifikan ke neraca dagang Indonesia. Alasannya, porsi perdagangan antara kedua negara tersebut dan Indonesia tidak terlalu besar.
Menurut catatan BPS, mitra utama dagang Indonesia di kawasan Timur Tengah adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Oman. (sap)