Ketua Banggar DPR Said Abdullah. (foto: dpr.go.id)
JAKARTA, DDTCNews - Badan Anggaran (Banggar) DPR meminta pemerintah untuk mengantisipasi konflik antara Iran dan Israel yang berpotensi berdampak terhadap belanja subsidi dan kompensasi energi.
Ketua Banggar DPR Said Abdullah mengatakan konflik antara kedua negara tersebut berpotensi meningkatkan harga minyak dan memperlemah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jika setiap rupiah melemah Rp500 dan harga minyak naik US$10 per barel, diproyeksikan anggaran subsidi atau kompensasi akan meningkat sebesar Rp100 triliun," katanya, dikutip pada Jumat (19/4/2024).
Jika konflik berlanjut, lanjut Said, suplai minyak bumi dari Selat Hormuz berpotensi terganggu. Saat ini, sekitar 21% dari total suplai minyak bumi global yang didistribusikan melalui selat tersebut.
Tak hanya distribusi saja yang terganggu, produksi minyak bumi oleh Iran juga berpotensi terhambat apabila konflik terus berlanjut. Saat ini, produksi minyak oleh Iran sudah mencapai 3,45 juta barel per hari.
Oleh karena itu, Said berharap pemerintah dapat memastikan stok minyak guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
"Indonesia bergantung pada impor minyak mentah dan hasil minyak sekitar 3,5 juta ton per bulan, merujuk data pada 2023," tuturnya.
Dalam rangka menjaga nilai tukar rupiah, Said juga meminta pemerintah untuk dapat memastikan ketersediaan dolar AS bagi para importir setidaknya untuk 6 bulan ke depan.
Pemerintah juga perlu memastikan kemampuan untuk membayar surat berharga negara (SBN) dan utang luar negeri yang berdenominasi dolar AS.
"Selain itu, perlu terus dikembangkan skema pembayaran yang lebih variatif, seperti mengembangkan local currency settlement untuk mengurangi ketergantungan dolar AS, terutama pada pembayaran komoditas strategis di sektor pangan dan energi," ujar Said. (rig)