Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai pada Januari 2024 mencapai Rp22,9 triliun, turun 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp24,1 triliun.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan realisasi penerimaan bea dan cukai tersebut setara dengan 7,1% dari target pada APBN 2024 sejumlah Rp321 triliun.
"Yang terkait cukai, telah terkumpul Rp17,9 triliun atau sekitar 7,3% dari total target APBN. Ini sejalan dengan pola realisasi dengan tahun-tahun sebelumnya," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip pada Jumat (23/2/2024).
Suahasil menyebut realisasi setoran cukai sejumlah Rp17,9 triliun tersebut turun 5,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp18,86 triliun.
Dari realisasi tersebut, cukai hasil tembakau menyumbang Rp17,5 triliun. Penerimaan cukai hasil tembakau ini antara lain dipengaruhi oleh pola pelunasan yang jatuh tempo awal 2024, tetapi maju ke Desember 2023.
Sementara itu, realisasi penerimaan dari cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan etil alkohol masing-masing sekitar Rp500 miliar dan Rp12,9 miliar sejalan dengan aktivitas produksinya.
Dari sisi bea masuk, lanjut Suahasil, realisasi penerimaannya sudah mencapai Rp3,9 triliun atau setara dengan 6,7% dari target APBN. Dibandingkan dengan periode yang sama 2023, realisasi penerimaan bea masuk turun 4,6%.
Kinerja penerimaan bea masuk antara lain dipengaruhi oleh tarif efektif bea masuk yang sebesar 1,38%, utilisasi perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA)sebesar 35%, serta rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS senilai Rp15.256.
Untuk bea keluar, realisasi penerimaannya mencapai Rp1,2 triliun atau setara dengan 6,6% dari target APBN. Bea keluar menjadi satu-satunya komponen kepabeanan dan cukai yang tumbuh positif, yaitu sebesar 3,4%.
Menurut Suahasil, penerimaan bea keluar utamanya dipengaruhi oleh kinerja ekspor tembaga dengan nilai bea keluarnya mencapai Rp1 triliun. Untuk setoran bea keluar sawit, kontribusinya mencapai Rp117,8 miliar.
"Kita lihat bahwa kalau produk sawit itu terlihat ada penurunan harga yang kita hadapi," ujarnya. (rig)