Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat kinerja APBN pada Januari 2024 mengalami surplus senilai Rp31,3 triliun. Angka tersebut setara 0,14% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan surplus yang terjadi menandakan pengelolaan APBN masih kuat. Surplus terjadi karena realisasi pendapatan negara tercatat Rp215,5 triliun, sedangkan belanja negara tercatat senilai Rp184,2 triliun.
"Keseimbangan primer masih tetap positif Rp61,4 triliun. Surplus keseimbangan primer dan surplus anggaran Rp31,3 triliun atau 0,14% PDB," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis(22/2/2024).
Surplus APBN pada Januari 2024 memang lebih kecil jika dibandingkan dengan periode yang sama 2023. Pada Januari 2023, APBN juga mengalami surplus dengan nilai Rp90,8 triliun atau 0,43% PDB.
Pada APBN 2024, pemerintah merancang defisit senilai Rp522,82 triliun atau 2,29% PDB.
Pendapatan negara pada Januari 2024 mengalami kontraksi sebesar 7,3%. Suahasil menjelaskan pendapatan negara yang sejumlah Rp215,5 triliun ini utamanya ditopang oleh penerimaan perpajakan.
Penerimaan perpajakan tercatat senilai Rp172,2 triliun, yang terdiri atas penerimaan pajak Rp149,2 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp22,9 triliun. Sementara itu, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp43,3 triliun.
Dari sisi belanja, lanjut Suahasi, realisasinya senilai Rp184,2 triliun, yang terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp96,4 triliun serta belanja transfer ke daerah Rp87,8 triliun.
Menurutnya, pemerintah akan menjaga agar belanja negara mampu terus mendukung pemulihan ekonomi nasional.
"[Realisasi belanja] ini adalah 5,5% dari pagu belanja APBN total setahun yang kita perkirakan nanti akan di sekitar Rp3.325,1 triliun," ujarnya. (sap)