Ilustrasi. Sejumlah mahasiswa dan pegiat lingkungan memungut sampah botol plastik bekas di muara sungai kawasan Pantai Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Minggu (21/5/2023). ANTARA FOTO/Ampelsa/nym.
JAKARTA, DDTCNews - Asian Development Bank (ADB) menandatangani pinjaman biru senilai US$44,2 juta atau sekitar Rp656,9 miliar dengan PT ALBA Tridi Plastics Recycling Indonesia untuk mendukung pembangunan fasilitas daur ulang polietilena tereftalat di Indonesia.
Wakil Presiden ADB Bidang Operasi Sektor Swasta dan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Ashok Lavasa mengatakan ADB dan Leading Asia's Private Infrastructure Fund akan menyediakan pendanaan masing-masing senilai US$22,1 juta bagi proyek tersebut.
"Proyek ini akan memperlihatkan potensi daur ulang polyethylene terephthalate (PET) di Indonesia, sedangkan pinjaman biru tersertifikasi (certified blue loans) bertujuan menarik lebih banyak investor ke bidang pengelolaan limbah dan daur ulang," katanya, dikutip pada Rabu (7/6/2023).
Sebagai informasi, pinjaman biru tersertifikasi tersebut menjadi instrumen pembiayaan yang ditujukan melindungi akses ke air bersih, menjaga lingkungan di bawah permukaan air, serta berinvestasi pada perekonomian perairan yang berkelanjutan.
Lavasa menjelaskan polusi plastik menimbulkan kerusakan ekosistem kelautan hingga miliaran dolar AS dan tidak dapat dipulihkan. Selain itu, polusi plastik juga bisa berdampak sangat buruk terhadap perekonomian dan kesehatan masyarakat.
Setiap tahun, sekitar 8 - 12 juta ton plastik berakhir di lautan. Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar di dunia terhadap polusi plastik di laut.
Dengan kondisi itu, pemerintah Indonesia telah menerapkan prakarsa kebijakan yang menargetkan pengurangan 70% kebocoran sampah plastik pada 2025 dan pencapaian angka polusi plastik hampir nol pada 2040.
Lavasa menjelaskan fasilitas daur ulang tersebut berlokasi di Jawa Tengah. Nanti, fasilitas itu akan memproses botol minuman PET menjadi serpihan polietilena tereftalat daur ulang berkualitas tinggi (rPET) dan pelet rPET yang aman bagi proses pangan, serta bisa dipakai untuk memproduksi botol rPET baru.
Pabrik daur ulang tersebut diharapkan mampu mendaur ulang hingga 48.000 ton botol PET setiap tahun sehingga akan mencegah botol-botol tersebut menumpuk di tempat pembuangan akhir, dibakar secara terbuka, atau bocor ke laut.
"Pabrik ini diharapkan akan menghasilkan 36.000 ton rPET sehingga mengurangi hingga 30.500 ton karbon dioksida yang dapat dihasilkan apabila menggunakan PET baru," ujarnya.
Dia menambahkan pinjaman sebagai certified blue loan tersebut mengikuti Kerangka Pembiayaan Laut (Ocean Finance Framework) dari ADB dan sejalan dengan Rencana Aksi untuk Laut yang Sehat dan Perekonomian Biru yang Berkelanjutan. (rig)