KEBIJAKAN PEMERINTAH

Sri Mulyani Optimistis Ekonomi 2022 Tumbuh 5,3 Persen

Dian Kurniati | Rabu, 09 November 2022 | 11:00 WIB
Sri Mulyani Optimistis Ekonomi 2022 Tumbuh 5,3 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ketika menyampaikan paparan secara virtual. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan berkisar 5% sampai dengan 5,3%.

Sri Mulyani mengatakan kinerja ekonomi hingga kuartal III/2022 terus mengalami pemulihan dari pandemi pandemi Covid-19. Menurutnya, tren positif tersebut akan berlanjut karena berbagai indikator ekonomi makro juga menguat.

"Ada landasan objektifnya, yaitu berbagai indikator ekonomi makro terus menguat, implementasi berbagai kebijakan yang efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, pengelolaan APBN yang prudent, responsif, dan efektif," katanya, Rabu (9/11/2022).

Baca Juga:
Setoran Pajak Kripto Tembus Rp689 Miliar dalam 2 Tahun Terakhir

Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 yang mencapai 5,72% mencerminkan terus menguatnya pemulihan ekonomi nasional di tengah adanya peningkatan ketidakpastian prospek ekonomi global.

Dari sisi pengeluaran, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih relatif tinggi, yaitu sebesar 5,4%. Hal ini sejalan dengan beberapa indikator konsumsi masyarakat, termasuk rata-rata Indeks Penjualan Riil yang tumbuh 5,5% pada kuartal III/2022.

Dia menjelaskan berbagai langkah pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah, serta penguatan program perlindungan sosial cukup efektif dalam menjaga kesinambungan pemulihan daya beli masyarakat.

Baca Juga:
Masuk Kategori OPPT, WP Harus Setor PPh 25 sebesar 0,75% dari Omzet

Menurutnya, kondisi tersebut ditunjukkan oleh tingkat inflasi yang relatif terkendali dan tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya.

Sementara itu, konsumsi pemerintah terus melanjutkan normalisasi seiring dengan kondisi penyebaran Covid-19 yang makin terkendali meskipun konsumsi pemerintah terpantau masih terkontraksi 2,9% ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Kinerja investasi atau pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) juga terus menguat sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi nasional dan membaiknya keyakinan pelaku usaha. Angka PMTDB tumbuh 5% pada kuartal III/2022.

Baca Juga:
Begini Aspek PPN dari Kerja Sama Pabrik Rokok dengan Mitra Produksinya

Sri Mulyani memperkirakan kinerja neraca perdagangan Indonesia masih akan kuat di tengah tren melambatnya perekonomian global. Sejauh ini, kinerja ekspor terus mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi.

Hal serupa juga terjadi pada kinerja impor untuk mendukung kebutuhan pasokan untuk ekspansi produksi dalam negeri. Kinerja ekspor secara riil tumbuh 22% pada kuartal III/2022 dan impor tumbuh 23%.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif seluruh sektor. Data tersebut menunjukan roda perekonomian telah kembali bergerak hampir merata di semua sektor ekonomi.

Baca Juga:
DJP Tunjuk 6 PMSE Jadi Pemungut PPN, Mulai dari Amazon Hingga Evernote

Sektor manufaktur tetap melaju seiring dengan ekspansi produksi dan penguatan permintaan, baik dari dalam negeri maupun produk ekspor. Pertumbuhan sektor manufaktur tercatat mencapai 4,8%.

"Intervensi kebijakan pemerintah dilakukan, baik dari sisi supply melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan, bersinergi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan, maupun dari sisi demand untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar menteri keuangan.

Meski demikian, Sri Mulyani menambahkan meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik tetap perlu terus diantisipasi. PMI manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir.

Baca Juga:
Pengeluaran Sebagian Impor Barang yang Dilayani Segera, Ini Kata DJBC

Kemudian, tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang.

Aliran modal ke luar pun dapat meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal, sebagaimana yang telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN