Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras mulai merangkak naik pada Agustus 2023 dan berpotensi akan terjaga tinggi hingga akhir tahun.
Per pekan keempat Agustus 2023, harga beras tercatat sudah senilai Rp12.454 per kilogram. Harga beras tercatat naik di 201 kabupaten/kota seiring dengan berkurangnya pasokan akibat turunnya aktivitas panen.
"Beras berpotensi kembali menyumbang inflasi hingga akhir tahun kalau kita tidak lakukan langkah-langkah mitigasi dan antisipasi dari sekarang," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Senin (28/8/2023).
Amalia mengatakan produksi beras berpotensi defisit mulai Agustus hingga akhir tahun. Hal ini sejalan dengan luas panen padi nasional dan produksi padi nasional yang cenderung turun pada akhir tahun.
"Oleh karena demand tidak mungkin turun, keseimbangan antara permintaan dan produksi ini perlu kita jaga sehingga nanti bagaimana langkah-langkah mitigasi dan antisipasi harus kita mulai dari saat ini," ujar Amalia.
Berdasarkan data BPS, sebagian kabupaten/kota akan mengalami surplus produksi beras, sedangkan beberapa kabupaten/kota lainnya akan mengalami defisit. Guna mengendalikan harga, diperlukan manajemen distribusi yang baik.
"Manajemen distribusi beras ini yang harus mulai kita lakukan bersama-sama. Kalau kita lihat perkiraan Agustus-Oktober, ada beberapa wilayah yang surplus tetapi juga banyak yang akan mengalami defisit," ujar Amalia.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian pun mengatakan pemda-pemda perlu segera mengantisipasi potensi kenaikan harga beras ini. Pasalnya, banyak negara penghasil beras yang menahan ekspor dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Thailand dan Vietnam itu beras yang kelas medium itu digunakan untuk konsumsi dalam negeri, yang dijual ke luar negeri adalah yang premium. Kalau kita beli premium tetapi memberikan subsidi kepada rakyat kita, wah repot," ujar Tito.
Untuk diketahui, inflasi pada Juli 2023 tercatat hanya sebesar 3,08%, berada dalam sasaran 3% +/- 1% (2% hingga 4%). Pada bulan tersebut, komponen harga pangan bergejolak atau volatile food mencatatkan deflasi sebesar 0,03%. (sap)