PEREKONOMIAN INDONESIA

Ada Perang Dagang, Ekonomi RI Diperkirakan Masih Sanggup Tumbuh 5%

Muhamad Wildan
Kamis, 10 April 2025 | 15.30 WIB
Ada Perang Dagang, Ekonomi RI Diperkirakan Masih Sanggup Tumbuh 5%

Suasana lanskap ibu kota terlihat dari kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

JAKARTA, DDTCNews - Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia masih mampu bertumbuh sebesar 5% pada tahun ini dan 5,1% pada 2026.

Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Indonesia disokong oleh konsumsi rumah tangga yang stabil dan penanaman modal yang terus meningkat setiap tahun.

"Permintaan domestik akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di tengah terbatasnya net ekspor. Pertumbuhan akan didorong oleh sektor manufaktur, pertanian, perdagangan, transportasi, dan pergudangan," tulis ADB dalam Asian Development Outlook edisi April 2025, dikutip Kamis (10/4/2025).

Konsumsi diperkirakan tetap stabil dan kuat berkat kebijakan pemerintah yang menjaga keyakinan konsumen. Kebijakan yang dimaksud, contohnya antara lain peningkatan upah minimum dan penyelenggaraan program makan bergizi gratis (MBG).

Program MBG dipandang mampu menjaga daya beli rumah tangga kelas menengah ke bawah serta meningkatkan aktivitas perekonomian di pedesaan dan daerah terpencil.

Adapun investasi pada sektor manufaktur dan jasa-jasa terkait akan terus bertumbuh secara gradual sejalan hilirisasi komoditas yang diupayakan pemerintah.

Terkait dengan inflasi, ADB memperkirakan inflasi pada 2025 dan 2026 akan terjaga sebesar 2% sejalan dengan target pemerintah sebesar 2,5%±1%.  

"Peningkatan produktivitas pertanian dan biaya logistik berkontribusi pada stabilitas harga. Tim pengendali inflasi pusat dan daerah juga akan berperan penting dalam menekan dampak harga pangan terhadap stabilitas harga secara keseluruhan," tulis ADB.

Meski perekonomian nasional diperkirakan masih mampu bertumbuh 5% atau lebih, ADB menyoroti susutnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Menurut ADB, kelas menengah memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas konsumsi domestik.

Akibat pandemi Covid-19, jumlah kelas menengah Indonesia turun dari 57,3 juta orang pada 2019 menjadi tinggal 47,8 juta orang pada 2024. Penurunan kelas menengah berpotensi menggagalkan upaya Indonesia untuk menjadi high income country pada 2045.

Guna mengatasi masalah ini, ADB mendorong Indonesia untuk menyiapkan strategi penciptaan lapangan kerja formal. Menurut ADB, penyediaan lapangan kerja formal memerlukan iklim bisnis yang mendukung. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.