AMERIKA SERIKAT

Pemerintah Enggan Kurangi Kredit Pajak Minyak

Redaksi DDTCNews | Rabu, 21 Agustus 2019 | 18:50 WIB
Pemerintah Enggan Kurangi Kredit Pajak Minyak

Gubernur Alaska Mike Dunleavy. 

ANCHORAGE, ALASKA, DDTCNews – Gubernur Alaska Mike Dunleavy kembali menegaskan tidak ada pertimbangan pengurangan kredit pajak minyak negara bagian untuk membantu menyeimbangkan anggaran negara pada saat ini.

Dalam konferensi pada Selasa (20/8/2019), Dunleavy menyatakan keinginannya untuk mengatasi defisit negara senilai US$1,6 miliar atau sekitar Rp22,8 triliun). Namun, dia ingin mengatasi defisit dengan mengurangi pengeluaran negara daripada mempertimbangkan sumber pendapatan baru.

"Kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk sedekat mungkin menutup masalah ini. Rencana saya adalah terus bekerja mengurangi defisit ini sebanyak dan secepat secepat mungkin,” katanya selama konferensi di Anchorage, Selasa (20/8/2019).

Baca Juga:
Gara-Gara Insentif Pajak Mobil Listrik, AS Digugat China ke WTO

Namun, di sisi lain, semakin banyak publik yang menaruh perhatian pada sistem pajak minyak saat ini. Terlebih, saat ini tengah terjadi kekacauan anggaran negara yang terlihat dari adanya pemotongan anggaran untuk program-program negara senilai US$650 juta (sekitar Rp9.3 triliun).

Pemotongan itu termasuk anggaran untuk Medicaid senilai US$50 juta (sekitar Rp711,9 miliar) dan anggaran untuk untuk Universitas Alaska senilai US$70 juta (sekitar Rp996,7 miliar).

Dunleav mengatakan jika Alaska mengubah cara mengalokasikan kreditnya, perusahaan minyak berpotensi memindah operasi mereka ke tempat lain. Adapun saat ini kredit pajak yang ditawarkan kepada produsen minyak mencapai US$8 (sekitar Rp113.912) per barel.

Baca Juga:
Agar Lapor SPT Cepat dan Mudah, IRS Uji Coba Aplikasi Pajak Terbaru

Sementara itu, Senator Tom Begich tidak seetuju dengan pernyataan Dunleav. Begich mengatakan para pemimpin industri minyak tidak menyatakan keinginan untuk meninggalkan negara. Dia menyebut industri minyak tidak akan meninggalkan negara bagian Alaska karena kontrak di Alaska lebih aman.

“Secara informal, para pemimpin industri belum menyatakan keinginan untuk meninggalkan negara dan juga menyatakan kesulitan dalam merekrut ahli dari dalam negara. Saya percaya bahwa industri minyak dan gas bersedia bekerja sebagai mitra,” kata Begich.

Lebih lanjut, Begich menerangkan kredit pajak yang diberikan negara kepada industri dapat diubah sedemikian rupa. Perubahan tersebut dapat di desain agar profitabiliatas produsen tetap terjaga sembari memberikan peningkatan pendapatan bagi negara.

Baca Juga:
Presiden AS Kembali Usulkan Kenaikan Tarif PPh Badan Jadi 28 Persen

Desain tersebut dapat berupa pengurangan jumlah pajak yang dibayar perusahaan minyak berdasarkan nilai pasar per satu barel. Dengan demikian, Begich percaya industri minyak bersedia untuk bekerja dengan negara sebagai mitra.

“Pada akhirnya kita semua harus bekerja bersama. Sebab, mengambil posisi absolut adalah sebuah kesalahan,” kata Begich seperti dilansirjuneauempire.com. (MG-nor/kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 27 Maret 2024 | 10:00 WIB SENGKETA PAJAK

Gara-Gara Insentif Pajak Mobil Listrik, AS Digugat China ke WTO

Minggu, 17 Maret 2024 | 12:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Agar Lapor SPT Cepat dan Mudah, IRS Uji Coba Aplikasi Pajak Terbaru

Kamis, 14 Maret 2024 | 15:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Presiden AS Kembali Usulkan Kenaikan Tarif PPh Badan Jadi 28 Persen

Selasa, 12 Maret 2024 | 16:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Biden Usulkan Orang-Orang Kaya di AS Dikenai Pajak Minimum 25 Persen

BERITA PILIHAN