Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat neraca perdagangan pada Mei 2023 kembali mencatatkan surplus senilai US$440 juta.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi karena ekspor senilai US$21,72 miliar dan impor USUS$21,28 miliar. Kinerja neraca perdagangan ini melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020 atau 37 bulan.
"Pada Mei 2023, neraca perdagangan barang kembali tercatat surplus meskipun dengan nilai yang relatif kecil," katanya, Kamis (15/6/2023).
Edy mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia terutama berasal dari sektor nonmigas yang mencapai US$2,26 miliar, tetapi tereduksi oleh defisit di sektor migas senilai US$1,81 miliar.
Dia menjelaskan nilai ekspor Indonesia pada Mei 2023 yang senilai US$21,72 miliar mengalami kenaikan sebesar 0,96% secara tahunan. Khusus ekspor nonmigas, tercatat senilai US$20,4 miliar atau naik 1,94%.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Mei 2023 mencapai US$108,06 miliar atau turun 6,01% dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara itu, ekspor nonmigas yang senilai US$101,48 miliar mengalami penurunan 6,69%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga Mei 2023 turun 8,97% dibanding periode yang sama 2022. Kondisi serupa juga terjadi pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang turun 3,95%, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya naik 1,36%.
Ekspor nonmigas pada Mei 2023 yang terbesar terjadi ke China senilai US$4,78 miliar, diikuti Amerika Serikat US$2,05 miliar dan Jepang US$1,77 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,12%.
Mengenai impor, Edy menyebut nilainya yang senilai US$21,28 miliar mengalami kenaikan sebesar 14,35% secara tahunan. Impor migas pada Mei 2023 senilai US$3,14 miliar atau turun 6,52% dibandingkan dengan Mei 2022, sedangkan impor nonmigas senilai US$18,14 miliar atau naik 18,94%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Mei 2023 yakni China senilai US$25,13 miliar atau 32,57%, diikuti Jepang US$6,83 miliar atau 8,85%, serta Thailand US$4,53 miliar atau 5,87%.
Secara tahunan, nilai impor pada Januari hingga Mei 2023 mengalami pertumbuhan 16,22% pada barang modal dan 4,85% pada barang konsumsi. Sementara itu, kontraksi terjadi pada impor golongan bahan baku/penolong sebesar 8,35%.
"Bahan baku/penolong ini menyumbang sekitar 73,92% dari total impor januari sampai mei 2023," ujarnya. (sap)