Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud saat memberikan paparan.
JAKARTA, DDTCNews - Konsumsi rumah tangga dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 berdasarkan pengeluaran.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, PMTB naik 4,63%. Adapun distribusinya masing-masing sebesar 53,31% dan 27,9%.
"Sebagai penyumbang utama PDB menurut penggunaan adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh pada kuartal II sebesar 5,23% dan PMTB tumbuh 4,63% didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, serta peralatan dan mesin," katanya, Senin (7/8/2023).
Edy menuturkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2023 terjadi seiring dengan membaiknya mobilitas masyarakat sehingga meningkatkan aktivitas konsumsi. Di sisi lain, ada faktor Idulfitri, Iduladha, dan libur sekolah yang turut berdampak pada peningkatan konsumsi masyarakat.
Konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada kuartal II/2023, yaitu sebesar 2,77%.
Mengenai PMTB, pertumbuhannya terjadi didorong oleh impor barang-barang modal. Pada kuartal II/2023, BPS mencatat seluruh kelompok barang modal tumbuh positif, kecuali peralatan lainnya.
PMTB fisik pun tumbuh positif, utamanya untuk pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan yang dilakukan oleh pemerintah.
Kemudian, konsumsi pemerintah mampu tumbuh sebesar 10,62% pada kuartal II/2023, dengan distribusi sebesar 7,51%. Pertumbuhan ini terjadi seiring dengan meningkatnya realisasi belanja pemerintah.
Sementara itu, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), tumbuh 8,62% dengan distribusi sebesar 1,24%.
Di sisi lain, Edy menyebut kinerja ekspor dan impor justru terkontraksi pada kuartal II/2023. Ekspor barang mengalami kontraksi pada ekspor barang nonmigas seperti bahan bakar minyak, lemak, dan minyak hewan/nabati, serta besi, baja, nikel.
Untuk ekspor jasa masih mampu tumbuh positif seiring dengan peningkatan wisatawan mancanegara dan devisa masuk dari luar negeri.
"Setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada kuartal 1/2023, komponen perdagangan luar negeri kita mengalami kontraksi yaitu sebesar 2,75% untuk kegiatan ekspor dan 3,08% untuk kegiatan impor," ujar Edy. (rig)