INDIA

Genjot Penerimaan, Sampah Bakal Segera Dipajaki

Redaksi DDTCNews | Jumat, 07 Februari 2020 | 16:41 WIB
Genjot Penerimaan, Sampah Bakal Segera Dipajaki

Ilustrasi.

MUMBAI, DDTCNews—Pusat keuangan India, Mumbai menjajaki cara-cara baru untuk meningkatkan penerimaan pajak seiring dengan melambatnya ekonomi akibat lesunya bisnis properti.

Salah satu cara yang ditempuh Mumbai di antaranya dengan memungut pajak sampah dan menaikkan tarif pungutan layanan seperti penerbitan akta kelahiran. Dengan cara-cara baru itu diharapkan keuangan Mumbai bisa tetap kuat.

Memburuknya keuangan Mumbai—yang anggarannya lebih besar ketimbang negara-negara bagian India lainnya—akibat lesunya ekonomi jelas menjadi kabar kurang sedang bagus bagi kebangkitan ekonomi India.

Baca Juga:
Pilar 1 Tak Kunjung Dilaksanakan, Kanada Bersiap Kenakan Pajak Digital

Pasalnya, pengeluaran Mumbai atau pemerintahan lokal lainnya selama ini memiliki dampak yang lebih besar terhadap ekonomi India ketimbang apa yang dilakukan oleh pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Setiap 1 rupee India yang dibelanjakan oleh negara bagian menghasilkan nilai tambah hingga 1,07 rupee India. Sementara pemerintah federal atau pusat hanya menghasilkan nilai tambah sekitar 0,4 rupee, demikian laporan dari Bank Central India.

Melansir dari economictimes, Mumbai berencana menaikkan alokasi belanjanya hingga 9% mulai 1 April 2020. Alokasi belanja itu akan dipakai untuk membangun saluran air dalam rangka mencegah banjir saat badai terjadi.

Baca Juga:
Inggris Beri Insentif PPN untuk Produk Rumah Tangga yang Disumbangkan

Tak hanya itu, Mumbai juga berencana membangun jalan mengelilingi garis pantai kota dari Marine Lines di selatan sampai dengan pinggir kota yang ramai di utara.

Meski begitu, rencana Mumbai membangun sejumlah proyek itu tampaknya tidak mudah mengingat target penerimaan meleset hingga 12% akibat lesunya bisnis property di kota bersangkutan.

Untuk diketahui, Mumbai memperkirakan pendapatan bunga dari bank mencapai 787 miliar rupee pada tahun depan, atau turun 11 persen. Penurunan pendapatan tersebut disebabkan suku bunga perbankan yang lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya.

Perlambatan ekonomi India juga membuat pemerintah Federal belum dapat mentransfer dana setelah September ke negara bagian. Menurut Menteri Keuangan Negara Bagian Anurag Thakur, dana tersebut akan dikeluarkan dalam dua tahap. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Sabtu, 20 April 2024 | 17:30 WIB LAYANAN KEPABEANAN

Daftar IMEI di Bandara Bisa 24 Jam? Begini Kata Bea Cukai

Sabtu, 20 April 2024 | 16:45 WIB KEPATUHAN PAJAK

Periode SPT Badan Sisa Sepekan, Perusahaan Belum Operasi Tetap Lapor?

Sabtu, 20 April 2024 | 16:30 WIB KEANGGOTAAN FATF

Di FATF, Sri Mulyani Tegaskan Komitmen RI Perangi Kejahatan Keuangan

Sabtu, 20 April 2024 | 16:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Ada Ketidakpastian, Sri Mulyani Yakin Ekonomi RI Sekuat Saat Pandemi

Sabtu, 20 April 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN BEA CUKAI

Apa Beda Segel dan Tanda Pengaman Bea Cukai? Simak Penjelasannya

Sabtu, 20 April 2024 | 12:00 WIB KEPATUHAN PAJAK

Minta Perpanjangan Lapor SPT Tahunan? Ingat Ini Agar Tak Kena Sanksi

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB KABUPATEN BULUNGAN

Sukseskan Program Sertifikat Tanah, Pemkab Beri Diskon BPHTB 50 Persen

Sabtu, 20 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Faktor-Faktor yang Menentukan Postur APBN Indonesia

Sabtu, 20 April 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Jasa Konstruksi Bangunan bagi Korban Bencana Bebas PPN, Ini Aturannya