Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 kembali mengalami surplus senilai US$5,16 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan surplus tersebut berasal dari ekspor senilai US$24,12 miliar dan impor US$18,96 miliar. Dia menyebut surplus neraca perdagangan telah terjadi dalam 31 bulan terakhir secara berturut-turut.
"Kenaikan surplus pada November 2022 jika dibandingkan dengan tahun 2021 didorong kenaikan ekspor sebesar 5,58% dan penurunan impor 1,89%," katanya, Kamis (15/12/2022).
Habibullah mengatakan nilai ekspor Indonesia pada November 2022 yang senilai US$24,12 miliar mengalami kenaikan 5,58% secara tahunan. Ekspor nonmigas tercatat senilai US$22,99 miliar atau naik 6,88% jika dibandingkan dengan November 2021.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari hingga November 2022 mencapai US$268,16 miliar atau naik 28,12% dibanding dengan periode yang sama pada 2021. Khusus ekspor nonmigas, terjadi kenaikan sebesar 28,04%.
Secara bulanan, peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata sebesar 87,19%, sedangkan penurunan terbesar dialami komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 16,62%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga November 2022 naik 18,59% dibanding periode yang sama tahun 2021. Demikian pula ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang naik 12,44%, sedangkan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 74,15%.
Negara tujuan ekspor nonmigas dengan nilai tertinggi pada November 2022 adalah China senilai US$6,28 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,10 miliar, dan Jepang US$1,90 miliar. Kontribusi ketiganya mencapai 44,73%.
Dari sisi impor, Habibullah memaparkan, nilainya yang mencapai US$18,96 miliar mengalami penurunan 1,89% dibandingkan dengan November 2021. Impor migas turun 7,3% secara tahunan, sedangkan impor nonmigas turun 0,89%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar sepanjang Januari hingga November 2022 yakni China senilai US$61,39 miliar atau 34,03%, diikuti Jepang US$15,58 miliar, dan Thailand US$10,09 miliar.
Adapun menurut golongan penggunaan barang, Habibullah menyebut nilai impor pada barang konsumsi sepanjang Januari hingga November 2022 mengalami kenaikan 1,88%, sedangkan bahan baku/penolong naik 26,62%, dan barang modal naik 28,88%.
"Untuk bahan baku/penolong, menyumbang 76,68% dari total impor Indonesia," ujarnya. (sap)