Nelayan mengisi BBM jenis solar subsidi di atas kapal ikannya sebelum berlayar di SPBN Lapulu, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (6/10/2022). ANTARA FOTO/Jojon/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Belanja subsidi energi dan kompensasi pada tahun ini diekspektasikan akan mencapai Rp640 triliun meski pemerintah telah menaikkan harga Pertalite dan Solar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan subsidi energi dan kompensasi digelontorkan untuk menahan laju inflasi agar tidak terlalu tinggi guna mempertahankan daya beli masyarakat.
"Bill-nya memang mahal, Rp640 triliun. Itupun setelah kita adjust harga Pertalite dan Solar sebesar 30%," ujar Febrio, Jumat (28/10/2022).
Meski harga Pertalite telah dinaikkan dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter dan Solar telah dinaikkan dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, belanja subsidi energi dan kompensasi diekspektasikan tetap akan melampaui pagu senilai Rp502,4 triliun.
Hingga September 2022, realisasi subsidi tercatat sudah mencapai Rp167,2 triliun, sedangkan realisasi kompensasi tercatat masih senilai Rp104,8 triliun atau baru 35,7% dari pagu kompensasi yang disepakati oleh pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) DPR.
Dalam waktu dekat, pemerintah mengaku akan segera membayarkan subsidi energi dan kompensasi kepada Pertamina dan PLN senilai Rp163 triliun dengan perincian Rp132,1 triliun untuk Pertamina dan Rp31,2 triliun untuk PLN.
Oleh karena belum dibayarkannya subsidi energi dan kompensasi pada September, APBN tercatat masih mengalami surplus senilai Rp60,9 triliun dan memiliki SiLPA senilai Rp490,7 triliun pada bulan lalu.
Bila subsidi energi dan kompensasi senilai Rp163 triliun dibayarkan oleh pemerintah pada September 2022, APBN sesungguhnya mencatatkan defisit kurang lebih senilai Rp102,2 triliun. (sap)