JAKARTA, DDTCNews – Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu menyebut angka inflasi pada September 2022 sebesar 5,95% masih lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi Kementerian Keuangan sebesar 6,3% - 6,7%.
Febrio menjelaskan inflasi pada September 2022 sebesar 5,95% memang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Pada Juni 2022, inflasi mencapai 4,39%. Lalu, pada bulan-bulan berikutnya masing-masing mencapai 4,94% dan 4,69%.
"Sumbangan inflasi dari kenaikan harga BBM lebih kecil dari perkiraan pemerintah. Potensi rambatan kenaikan harga juga sudah diantisipasi dengan penyaluran bantuan sosial tambahan, baik bantuan langsung tunai maupun bantuan subsidi upah," katanya, Rabu (5/10/2022).
Secara lebih terperinci, inflasi pada komponen harga diatur pemerintah (administered price) melonjak dari 6,84% pada Agustus menjadi 13,28% pada September. Kenaikan harga BBM telah menimbulkan kenaikan tarif angkutan umum, transportasi online, dan bus AKAP serta AKDP.
Sementara itu, inflasi pada komponen pangan bergejolak (volatile food) naik dari 8,93% pada Agustus menjadi 9,02% pada September.
Walau harga produk hortikultura, minyak goreng, dan ikan masih terjaga, harga beras tercatat sedikit naik seiring dengan berlangsungnya musim tanam. Sebaliknya, bawang merah dan cabai merah justru mengalami deflasi.
Ke depan, inflasi pangan akan terus dikendalikan melalui tim pengendali inflasi pusat dan daerah (TPIP dan TPID). "Ke depan, tekanan inflasi terkait efek musiman khususnya musim penghujan masih harus diwaspadai bersama," ujar Febrio.
Lebih lanjut, inflasi inti naik dari 3,04% pada Agustus menjadi 3,21% pada September. Kenaikan inflasi inti didorong oleh kenaikan harga pada seluruh kelompok pengeluaran seperti sandang, layanan perumahan, pendidikan, hingga penyediaan makanan dan minuman.
"Kenaikan inflasi inti mencerminkan peningkatan permintaan domestik secara keseluruhan sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi," ujar Febrio. (rig)