Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Walau harga BBM bersubsidi dan Pertamax telah ditingkatkan, pemerintah memperkirakan kebutuhan subsidi energi dan kompensasi BBM pada 2022 akan tetap melampaui pagu Rp502,4 triliun.
Jika harga Indonesia Crude Price (ICP) senilai US$85 per barel, subsidi dan kompensasi yang akan diberikan diperkirakan mencapai Rp591 triliun. Bila harga ICP US$99 per barel maka subsidi dan kompensasi yang diberikan mencapai Rp605 triliun.
"Apabila harga ICP di atas US$100 [per barel] maka total subsidi kepada masyarakat dalam bentuk BBM masih akan mencapai Rp649 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dikutip pada Senin (5/9/2022).
Sri Mulyani menuturkan pergerakan harga minyak dunia dan ICP masih akan terus dipantau oleh pemerintah. Menurutnya, dinamika geopolitik dan prospek perekonomian global masih akan memengaruhi harga ICP ke depan.
Sebagai informasi, pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi dan pertamax pada 3 September 2022 pukul 14.30 WIB. Harga pertalite diputuskan naik dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter.
Sementara itu, harga Solar diputuskan naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. Adapun harga pertamax naik dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.
Sri Mulyani menyebut pemerintah akan terus memantau dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi. Sebab, pengalaman-pengalaman pada masa lampau menunjukkan kenaikan harga BBM selalu diikuti oleh kenaikan inflasi.
Contoh, inflasi pada 2013 dan 2014 masing-masing mencapai 8,38% dan 8,36% akibat kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun tersebut.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi akan melampaui 4%, baik pada tahun ini maupun pada tahun depan menyusul kenaikan harga BBM nonsubsidi dan inflasi komponen harga pangan bergejolak atau volatile food. (rig)