SEWINDU DDTCNEWS
PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

World Bank Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,6 Persen

Dian Kurniati
Rabu, 22 Juni 2022 | 16.30 WIB
World Bank Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,6 Persen

Ilustrasi. Suasana lanskap ibu kota terlihat dari kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

JAKARTA, DDTCNews - World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,6% pada tahun ini menyusul dinamika geopolitik global yang makin menantang.

Kepala Ekonom World Bank Indonesia dan Timor Leste Habib Rab mengatakan kondisi geopolitik memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Awalnya, World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% pada tahun ini.

"Bisa saja pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan yang telah diantisipasi pada 2022," katanya dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2022, Rabu (22/6/2022).

Habib menuturkan kerentanan eksternal secara keseluruhan pada saat ini masih tergolong moderat. Namun, lingkungan kondisi geopolitik dapat menimbulkan tekanan yang memengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

Dampak kondisi geopolitik itu di antaranya berupa penurunan ekspor dan kenaikan harga komoditas. Meski memperoleh keuntungan dari kenaikan harga komoditas, situasi itu juga akan membuat harga-harga di Indonesia mulai naik dan pendanaan luar negeri menjadi lebih ketat.

"Ini bisa memaksa realokasi fiskal dari untuk mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi pemberian subsidi sehingga utang akan lebih tinggi tetapi investasi lebih rendah," ujarnya.

Sementara itu, Direktur World Bank untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menilai pertumbuhan ekonomi global setelah pandemi akan makin sulit. Pemerintah pun disarankan untuk tetap mewaspadai berbagai risiko dengan melanjutkan langkah reformasi struktural.

Menurutnya, reformasi struktural akan mendukung pertumbuhan dalam jangka menengah-panjang, serta mengurangi ketergantungan kepada stimulus makroekonomi jangka pendek.

"Ini termasuk menyediakan ruang fiskal untuk reformasi pajak sehingga ekspansi belanja yang pro terhadap pertumbuhan, pembiayaan investasi publik, dan infrastruktur tetap terjadi," tuturnya. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
Facebook DDTC
Twitter DDTC
Line DDTC
WhatsApp DDTC
LinkedIn DDTC
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.