Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Guna memangkas utang, pemerintah berencana memakai saldo anggaran lebih (SAL) sejumlah Rp186,7 triliun pada APBN 2021, atau lebih tinggi dari rencana awal senilai Rp15,8 triliun.
Merujuk pada Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester I/2021, akumulasi SAL yang tersimpan akan dimanfaatkan pemerintah untuk memangkas utang sekaligus memberikan pembiayaan tambahan kepada BUMN dan lembaga lainnya.
"Pemanfaatan SAL merupakan salah satu strategi yang dijalankan pemerintah untuk menutup pelebaran defisit tahun 2021 yang melebihi batas 3% dari PDB sebagai akibat membiayai berbagai program penanggulangan dampak pandemi Covid-19, pemulihan ekonomi, dan reformasi struktural yang terus dilakukan," sebut pemerintah, dikutip pada Minggu (25/7/2021).
Perlu diketahui, SAL yang dimiliki pemerintah per akhir 2020 tercatat amat tinggi akibat tingginya penarikan utang dan sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) pada 2020.
Merujuk pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2020 yang telah diaudit oleh BPK, posisi SAL pada akhir 2020 tercatat Rp388,11 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi SAL pada akhir 2019 sejumlah Rp212,69 triliun.
Melonjaknya anggaran SAL per akhir 2020 ini tidak terlepas dari SiLPA pada APBN 2020 yang senilai Rp245,59 triliun. Sementara itu, jumlah anggaran SAL yang digunakan pada 2020 hanya sejumlah Rp70,64 triliun.
Dengan adanya rencana penggunaan SAL ini, outlook pembiayaan utang 2021 tercatat lebih rendah dari yang telah ditargetkan pada APBN 2021. Tahun ini, total pembiayaan utang diprediksi mencapai Rp958,14 triliun atau 81,4% dari target awal pembiayaan utang Rp1.177,35 triliun.
Tak hanya itu, defisit anggaran juga diperkirakan akan lebih rendah dari nominal yang tertuang dalam APBN 2021. Defisit anggaran diperkirakan hanya Rp939,61 triliun atau 93,3% dari defisit anggaran pada APBN 2021 sejumlah Rp1.006,37 triliun.
Namun, defisit anggaran terhadap PDB diperkirakan akan mencapai 5,7% hingga 5,82% sehingga posisi defisit anggaran terhadap PDB diprediksi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tertuang dalam APBN 2021.
Meningkatnya posisi defisit anggaran terhadap PDB ini tidak terlepas dari proyeksi pemerintah yang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 dari 5% menjadi tinggal 3,7% hingga 4,5% dalam outlook. (rig)