Ilustrasi Kantor Pusat Bank Indonesia. (Foto: DDTCNews)
JAKARTA, DDTCNews - Peran Bank Indonesia (BI) dalam membeli surat berharga negara (SBN) guna membantu pemerintah dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan defisit kian hari makin berkurang.
Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, total SBN yang dibeli BI tercatat mencapai Rp116,26 triliun. Khusus pada Mei 2021, tercatat tidak ada greenshoe option (GSO) dalam setiap lelang SBN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan hal ini tidak terlepas dari faktor makin baiknya pasar obligasi pada 2021. "Dengan kondisi pasar SBN yang makin baik, ketergantungan pembiayaan dari BI mungkin secara bertahap akan bisa diturunkan," ujarnya, Senin (21/6/2021).
Secara umum, Kemenkeu mencatat total realisasi pembiayaan anggaran pada mei 2021 telah mencapai Rp309,3 triliun. Realisasi pembiayaan utang melalui SBN tercatat masih sebesar Rp348 triliun atau terkontraksi -5,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berbanding terbalik, realisasi pembiayaan utang melalui pinjaman tercatat sebesar minus Rp17,9 triliun atau tumbuh 173,8% dibandingkan dengan realisasi pinjaman pada Mei 2020.
Dengan demikian, realisasi pembiayaan utang secara umum pada Mei 2021 tercatat mencapai Rp330,1 triliun atau terkontraksi -8,9% dibandingkan realisasi utang pada Mei 2020.
"Utang kita sudah mencapai 96% dari target semester I/2021 atau secara keseluruhan mencapai 40,55% dari target keseluruhan tahun," ujar Sri Mulyani.
Dengan defisit anggaran yang mencapai Rp219,3 triliun atau 1,325 dari PDB serta realisasi pembiayaan sebesar Rp309,3 triliun, sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) tercatat mampu ditekan menjadi hanya sebesar Rp90 triliun, lebih baik dari Mei 2020 dan juga bulan lalu.
Pada Mei 2020, SiLPA pada APBN 2020 tercatat mencapai Rp178,5 triliun. Adapun pada bulan April 2021 tercatat SiLPA APBN 2021 tercatat sangat tinggi, yakni sebesar Rp254,2 triliun. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.