Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (14/6/2021). (tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) mencatat pembelian surat berharga negara (SBN) melalui skema berbagi beban atau burden sharing untuk pembiayaan APBN dalam menangani dampak pandemi Covid-19 sepanjang Januari hingga 8 Juni 2021 telah mencapai Rp115,87 triliun.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI akan terus melanjutkan skema burden sharing tersebut untuk meringankan beban pemerintah. Skema tersebut akan membantu pemerintah mencukupi kebutuhan pembiayaan anggaran untuk belanja public goods dan non-public goods.
"Pada 2021, BI membeli pembiayaan APBN Rp115,8 triliun, di samping pada awal-awal Februari membeli di pasar sekunder Rp8,6 triliun untuk stabilitas nilai tukar rupiah," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (14/6/2021).
Perry mengatakan pembelian SBN yang mencapai Rp115,87 triliun tersebut terdiri atas lelang utama sebesar Rp40,41 triliun dan lelang tambahan (GSO) Rp75,46 triliun. Adapun pada 2020, BI membeli SBN tahun senilai Rp473,4 triliun.
Menurut Perry, BI juga telah menambah likuiditas atau quantitative easing senilai Rp93.42 triliun hingga 8 Juni 2021. Sementara sejak 2020, total injeksi likuiditas ke pasar uang dan perbankan telah mencapai Rp819,9 triliun atau setara 5,30% produk domestik bruto (PDB).
"Likuiditas dari sisi moneter sangat longgar karena quantitative easing
yang kami bisa tambahkan," ujarnya.
Sejak 2020, BI telah melakukan pembelian SBN melalui skema burden sharing sebagai bentuk komitmen membantu pendanaan APBN 2020 pada belanja public goods di tengah pandemi Covid-19. Pada tahun lalu, pembelian SBN yang dilakukan BI senilai Rp473,42 triliun.
Di samping itu, BI juga merealisasikan membeli SBN untuk pendanaan non-public goods untuk mendukung UMKM senilai Rp114,81 triliun serta non-public goods dukungan korporasi sebesar Rp62,22 triliun. (kaw)