Ilustrasi. Warga duduk bersantai di depan rumahnya yang semi permanen di pinggir rel Pejompongan, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim kebijakan yang diambil pemerintah sudah cukup tepat dalam menekan angka kemiskinan di masa pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2020 mencapai 27,55 juta jiwa.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan tingkat kemiskinan kembali mencapai double digit, yakni 10,19% dari total populasi nasional. Sementara pada posisi Maret 2020, jumlah penduduk miskin tercatat 26,42 juta atau 9,78% dari total populasi.
"Meski ada kenaikan karena pandemi Covid, sebenarnya kalau dibandingkan dengan berbagai simulasi dan prediksi dari berbagai institusi atau lembaga, betul terjadi kenaikan tapi kenaikan sebetulnya tidak sedalam yang diduga," katanya melalui konferensi video, Senin (15/2/2021).
Suhariyanto mengatakan pandemi telah menyebabkan pendapatan masyarakat berkurang sehingga angka kemiskinan makin besar. Pada Maret 2020 atau ketika pandemi mulai merebak di Indonesia, sudah terlihat penambahan jumlah penduduk miskin menjadi 9,78% dibandingkan dengan posisi September yang sebesar 9,22%.
Oleh karena itu, penambahan jumlah penduduk miskin pada September 2020 dari September 2019 mencapai 0,97% atau 2,76 juta orang.
Meski terjadi kenaikan, menurut Suhariyanto, penambahan penduduk miskin Indonesia tidak seburuk yang diperkirakan lembaga internasional seperti World Bank. World Bank sebelumnya memprediksi tingkat kemiskinan Indonesia akan naik menjadi 10,7% hingga 11,6%, dengan asumsi pemerintah tidak memberikan bantuan sosial.
"Ini menunjukkan berbagai program bansos yang dirancang pemerintah di masa pandemi membantu lapisan bawah. Pemerintah juga memperluas perlindungan sosial tidak hanya kepada 40% lapisan masyarakat bawah, tapi ke 60%," ujarnya.
Suhariyanto menambahkan dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan semua lapisan masyarakat. Pada lapisan masyarakat bawah, sekitar 7 hingga 10 responden menyatakan pendapatannya menurun.
Selain itu, indikator ekonomi lainnya juga ikut menunjukkan penurunan karena pandemi, seperti pertumbuhan ekonomi yang mencatatkan kontraksi 2,07% atau terendah sejak 1998, serta inflasi yang hanya 1,68% atau terendah sejak BPS merilis data. (kaw)