Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Jangan lupa, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (PHTB) atau perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan, terutang pajak penghasilan (PPh) yang bersifat final.
Sesuai dengan PP 34/2016, pengenaan PPh final atas PHTB ini dibagi menjadi 3 tarif.
Pertama, 0% untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah atau kepada BUMN/BUMD yang mendapatkan penugasan khusus dari pemerintah.
Kedua, 1% untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa rumah sederhana atau rumah susun sederhana.
Ketiga, tarif sebesar 2,5% berlaku untuk transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan selain atas rumah sederhana atau rumah susun sederhana.
Untuk menghitung PPh terutang, tarif di atas dikalikan dengan dasar pengenaan pajak (DPP). Lantas nilai apa saja yang menjadi dasar pengenaan pajak?
DPP terdiri dari, pertama, nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang utnuk pengalihan hak kepada pemerintah.
Kedua, nilai menurut risalah lelang untuk pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang (Vendu Reglement Staatsblad 1908 nomor 189 beserta perubahannya).
Ketiga, nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, berlaku untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa.
Keempat, nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa.
Kelima, nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, berlaku untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan melalui tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak.
Perlu dicatat, pengenaan PPh final atas PHTB ini dikecualikan untuk beberapa bentuk pengalihan dengan dilengkapi surat keterangan bebas (SKB). Di antaranya, pengalihan dengan nilai kurang dari Rp60 juta oleg orang pribadi dengan penghasilan di bawah PTKP, pengalihan hibah kepada kelompok tertentu, pengalihan karena waris, dan pengalihan oleh bukan subjek pajak.
Pengecualian juga berlaku untuk pengalihan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan menteri keuangan untuk menggunakan nilai buku.
Kemudian, pengecualian berlaku pula untuk pengalihan dalam rangka perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan. (sap)