PEREKONOMIAN INDONESIA

Banyak Daerah Ekonominya Tumbuh Tapi Kemiskinan Tak Turun, Kok Bisa?

Muhamad Wildan
Sabtu, 24 Agustus 2024 | 15.17 WIB
Banyak Daerah Ekonominya Tumbuh Tapi Kemiskinan Tak Turun, Kok Bisa?

Aktivitas warga di permukiman padat di Kawasan Tamansari, Bandung, Jawa Barat, Selasa (2/7/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penduduk miskin turun 0,68 juta jiwa menjadi 25,27 juta jiwa pada Maret 2024 atau menurun 0,33 persen dibandingkan Maret 2023. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) mencatat pertumbuhan ekonomi di daerah tak serta merta diikuti dengan penurunan kemiskinan.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan terdapat beberapa provinsi yang ekonominya tumbuh tinggi berkat industrialisasi di daerah tersebut. Namun, tingkat kemiskinan di provinsi tersebut masih stagnan.

"Saya memberikan contoh misalnya Sulawesi Tengah, itu tingkat pertumbuhan industrinya luar biasa, pertumbuhan ekonominya melejit, tetapi tidak serta merta menurunkan tingkat kemiskinan," ujar Suharso, dikutip Sabtu (24/8/2024).

Seperti diketahui, Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi yang menjadi tujuan investasi di bidang hilirisasi nikel. Pada 2023, investasi domestik dan asing di provinsi tersebut mencapai Rp112 triliun, sedangkan pertumbuhan ekonominya mencapai 11,91%.

Meski realisasi investasi dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah melambung tinggi di atas rata-rata nasional, tingkat kemiskinan di provinsi tersebut mencapai 11,77%.

Suharso pun menceritakan bahwa tingkat kemiskinan adalah salah satu indikator pembangunan yang sulit turun. Meski ekonomi mampu tumbuh tinggi, tingkat kemiskinan masih belum bisa diturunkan secara drastis sesuai target pemerintah.

Pemerintah melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2023 menargetkan tingkat kemiskinan sebesar 7,5% hingga 8,5%. Namun, tingkat kemiskinan pada akhir 2023 masih sebesar 9,36%.

"Tingkat kemiskinan adalah akibat dari tingkat pertumbuhan. Namun, yang agak unik di kita adalah mengapa tingkat pengangguran terbuka justru turun, tetapi tingkat kemiskinannya tidak bisa diturunkan sedrastis itu," ujar Suharso.

Walau tingkat kemiskinan tidak bisa diturunkan sesuai yang ditargetkan, Suharso mengatakan pemerintah sudah mampu menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem menjadi tinggal sebesar 0,83% pada akhir 2023. "Pada 2024 ini ditargetkan 0%. Mudah-mudahan kita bisa sampai dengan 0%," ujar Suharso. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.