Gedung Kementerian Keuangan.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menegaskan disiplin fiskal Indonesia akan tetap terjaga meski defisit APBN 2025 dirancang mencapai 2,45%-2,8% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan Indonesia telah dikenal sebagai negara yang mampu menjaga disiplin fiskalnya. Menurutnya, disiplin fiskal akan menjadi modal penting bagi negara untuk menghadapi perekonomian global yang makin menantang.
"Untuk defisit ini tentunya tidak terlepas dari pemerintah Indonesia sudah bertahun-tahun ini kita kedepankan disiplin fiskal," katanya, dikutip pada Selasa (7/5/2024).
Febrio mengatakan pemerintah menjadikan APBN sebagai shock absorber untuk menjaga perekonomian di tengah tantangan dari eksternal. Dalam beberapa tahun terakhir, APBN juga telah mampu menjaga ekonomi tumbuh di atas 5%.
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5% tidak terjadi secara otomatis. Menurutnya, kinerja ekonomi salah satunya juga didorong oleh belanja negara.
Febrio pun memaparkan sejumlah tantangan yang tengah dihadapi dunia, antara lain kenaikan suku bunga, volatilitas harga komoditas, dan pelemahan nilai tukar apabila ekonomi tidak dikelola secara hati-hati.
"Bagaimana kita mengelola perekonomian, inilah yang kemudian menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan juga stabilitas makro yang baik, sehingga disiplin fiskal itu menjadi komponen yang sangat penting dalam kita kelola perekonomian," ujarnya.
Dokumen Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 menuliskan defisit APBN 2025 akan sebesar 2,45% hingga 2,8% terhadap PDB. Angka tersebut lebih besar dari defisit APBN 2024 yang diprakirakan sebesar 2,29% PDB.
Dengan rencana postur APBN tersebut, stok utang pemerintah pada 2025 diestimasi akan naik menjadi 39,77% hingga 40,14% PDB. Pada tahun ini, stok utang pemerintah diproyeksi sebesar 38,26% PDB.
APBN 2025 akan diarahkan untuk mendorong produktivitas dengan memberikan ruang fiskal yang cukup besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. (sap)