Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Perdagangan aset kripto dinilai memiliki risiko yang tinggi karena sifatnya high risk high return. Keuntungan yang tinggi dibayangi oleh risiko rugi yang tinggi pula.
Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Olvy Andrianita mengatakan nilai aset kripto sangat volatil. Artinya, nilai kripto bisa mengalami peningkatan atau penurunan nilai yang drastis dalam kurun waktu tidak pasti.
"Karenanya, literasi mutlak dilakukan kepada masyarakat luas, terutama generasi milenial dan gen Z," kata Olvy, dikutip pada Senin (6/5/2024).
Salah satu strategi yang dijalankan oleh pemerintah adalah melalui penyelenggaraan Bulan Literasi Kripto (BLK). Melalui BLK, investor diajak untuk memahami risiko-risiko yang bisa dihadapi ketika bertransaksi aset kripto.
Hasan Fawzi, selaku Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas ITSK, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK mengarakan bahwa peningkatan literasi keuangan digital, termasuk aset kripto, merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat di era digital.
Semakin tinggi tingkat literasi digital, imbuhnya, makin besar pula kemampuan masyarakat untuk mengenali risiko. Dengan begitu, masyarakat punya pemahaman untuk mengambil keputusan dan langkah tepat dalam berinvestasi.
Aset kripto makin populer di kalangan publik. Perkembangan nilai transaksi perdagangan fisik aset kripto pada Januari hingga Maret 2024 mencapai Rp158,84 triliun. Nilai ini meningkat jika dibandingkan pada periode yang sama pada 2023 lalu, yakni senilai Rp38,48 triliun.
Dari sisi pelanggan, Bappebti mencatat jumlah pelanggan aset kripto sampai dengan Maret 2024 lebih dari 19,7 juta pelanggan. (sap)