Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan paparan.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembiayaan utang per kuartal I/2024 mencapai Rp104,7 triliun, turun 53,6% dibandingkan dengan realisasi pembiayaan utang pada kuartal I/2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi utang yang rendah pada tahun ini tak terlepas dari kehatian-hatian pemerintah dalam menerbitkan surat berharga negara (SBN) di tengah ketidakpastian pasar keuangan dalam beberapa waktu terakhir.
"Kami memahami situasi di pasar keuangan dan pasar surat berharga itu saling memengaruhi. Oleh karena itu, kami akan tetap mengelola secara prudent, hati-hati," katanya, dikutip pada Jumat (3/5/2024).
Menurut Sri Mulyani, langkah pragmatis dan oportunistik akan diambil guna memastikan pemerintah dapat dengan leluasa memilih timing, volume, dan jenis surat berharga yang diterbitkan.
Hal tersebut diperlukan guna menjaga keberlangsungan anggaran serta memastikan pemerintah bisa memperoleh pembiayaan dengan cost yang paling efisien atau rendah.
"Ini adalah waktu-waktu yang cukup dinamis karena perubahan dari nilai tukar, yield, dan juga guncangan yang berasal dari negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa yang harus kita perhatikan, termasuk Jepang dalam hal ini," ujar Sri Mulyani.
Tak hanya itu, lanjutnya, Kementerian Keuangan juga senantiasa memperhatikan perkembangan di Timur Tengah dalam beberapa waktu terakhir guna menentukan kebijakan penerbitan SBN berdenominasi asing.
"Untuk instrumen [SBN] dalam negeri kita akan lihat antara retail dan institusional. Ini semua akan terus kami waspadai dan akan menentukan arah dari pembiayaan kita. Defisit kita tadi masih dalam positif, tetapi 3 kuartal ke depan kita harus melihat secara hati-hati," tuturnya. (rig)