Ilustrasi. Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengeklaim tren investasi pada sektor manufaktur terus meningkatkan dalam 1 dekade terakhir.
Menurut Menperin Agus Gumiwang, laju investasi sektor manufaktur di Indonesia didukung oleh berbagai kebijakan strategis pemerintah yang probisnis melalui pemberian kemudahan izin dan fasilitas insentif.
"Selama periode 2014-2023, realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas cenderung fluktuatif dengan tren peningkatan. Artinya, investor masih melihat Indonesia sebagai lokasi yang sangat menarik untuk bisnisnya," katanya, dikutip pada Minggu (18/2/2024).
Sebagai perbandingan, realisasi investasi sektor manufaktur nonmigas pada 2014 mencapai Rp186,79 triliun. Pada 2023, realisasi investasi pada sektor tersebut naik menjadi Rp565,25 triliun.
"Secara kumulatif, realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas selama 10 tahun (periode 2014-2023) senilai Rp3.031,85 triliun," ujar Agus.
Agus pun optimistis investasi di sektor manufaktur akan terus meningkat sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi pada sektor pertambangan.
"Pemerintah sangat konsisten sekali bahwa realisasi investasi tidak hanya didorong oleh sektor jasa, tetapi juga prospek membangun industri hilirnya sehingga dapat memperdalam struktur manufaktur kita lebih berdaya saing," tuturnya.
Agus menuturkan pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong hilirisasi industri sehingga dapat berkontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui pajak, royalti, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.
"Sebagai gambaran, saat masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, kontribusi komoditas nikel nilainya sekitar Rp15 triliun dalam setahun. Setelah masuk ke industrialisasi, nilainya melompat tajam menjadi US$20,9 miliar atau setara Rp360 triliun," katanya. (rig)