Ilustrasi. (Witthaya Prasongsin/Getty Images/verywellmind.com)
BRUSSELS, DDTCNews - World Health Organization (WHO) merilis laporan terbaru terkait dengan pentingnya Uni Eropa melakukan kontrol lebih ketat atas konsumsi alkohol melalui kebijakan perpajakan.
Laporan WHO itu menyebutkan kawasan Uni Eropa memegang rekor sebagai konsumen terbesar alkohol secara global. Hal tersebut memberikan dampak buruk kepada tingkat kesehatan dan ekonomi kawasan.
"Wilayah Eropa sebetulnya sudah memiliki beberapa bentuk peraturan untuk mengatur harga alkohol, tetapi kebanyakan kebijakan tersebut tidak dirancang dengan baik sehingga tidak efektif menekan konsumsi alkohol," tulis laporan WHO seperti dikutip situs resmi WHO, Kamis (2/7/2020).
Pengendalian harga melalui kebijakan perpajakan disebut salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu sebagai instrumen ampuh untuk mengendalikan dan menurunkan konsumsi alkohol di masyarakat.
Menurut WHO, kebijakan perpajakan yang tepat tidak saja akan mengurangi dampak alkohol sebagai produk yang memiliki eksternalitas negatif, tetapi juga ikut menguntungkan perekonomian.
WHO menyebutkan masalah alkohol di Uni Eropa sebagai salah satu penghambat pembangunan ekonomi. Pasalnya, konsumsi alkohol berat menjadi penyumbang kematian nomor 4 tertinggi untuk usia 25-29 tahun. Kemudian menjadi faktor risiko paling utama untuk penduduk berusia 15-49 tahun.
Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengatasi masalah alkohol di Uni Eropa adalah belum selarasnya kebijakan pengendalian dan perpajakan untuk konsumsi alkohol. Setiap negara memiliki aturan yang bervariasi dan tidak sejalan untuk pengendalian konsumsi.
Karena itu, kebijakan perpajakan harus digunakan secara selaras untuk mengendalikan konsumsi alkohol. Pemerintah disebutkan dapat menerapkan tiga skema perpajakan untuk produk mengandung alkohol.
Pertama, pajak berdasarkan seberapa banyak kandungan alkohol. Kedua, kebijakan perpajakan berdasarkan volume produksi. Dan opsi ketiga adalah kebijakan perpajakan berdasarkan nilai atau harga produk atau advalorem.
"Penting untuk terus menyesuaikan tarif pajak alkohol berdasarkan tingkat inflasi pada suatu negara untuk memastikan produk tidak menjadi lebih murah," terang laporan WHO.
Selain itu, WHO menyarankan negara di Uni Eropa mulai meningkatkan tarif pajak atau cukai alkohol atas produk termurah di pasaran. Hal ini untuk menekan minat masyarakat dengan kondisi ekonomi dan sosial pas-pasan yang dengan mudah mengakses komoditas mengandung alkohol. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.