UU CIPTA KERJA

Wah, Impor Barang Konsumsi Ke KEK Kini Bisa Bebas Bea Masuk dan PDRI

Muhamad Wildan | Selasa, 06 Oktober 2020 | 15:17 WIB
Wah, Impor Barang Konsumsi Ke KEK Kini Bisa Bebas Bea Masuk dan PDRI

Ilustrasi. Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (24/6/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah menambah fasilitas perpajakan dan kepabeanan yang diberikan kepada wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha di kawasan ekonomi khusus (KEK) melalui UU Cipta Kerja.

UU Cipta Kerja menambah Pasal 32A ke dalam UU KEK. Dalam pasal itu, impor barang konsumsi ke KEK yang kegiatan utamanya bukan pada bidang produksi dan pengolahan dapat diberikan fasilitas pajak dan kepabeanan.

"Bagi barang konsumsi yang bukan barang kena cukai dengan jumlah dan jenis tertentu sesuai dengan bidang usahanya diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor (PDRI)," bunyi Pasal 32A, Selasa (6/10/2020).

Baca Juga:
Cara Ajukan e-SKTD untuk Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional

Khusus untuk barang konsumsi berupa barang kena cukai (BKC), fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PDRI juga diberikan. Meski demikian, BKC tersebut tetap akan dikenai cukai.

Apabila barang konsumsi tersebut dikeluarkan dari KEK ke tempat lain dalam daerah pabean maka bea masuk dan PDRI yang awalnya tidak terutang harus dilunasi.

Pada pasal penjelas dari Pasal 32A ayat (1), barang yang dimaksud barang konsumsi yang bisa diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PDRI adalah barang konsumsi yang diperlukan oleh pelaku usaha di KEK yang kegiatan utamanya bukan produksi dan pengolahan dalam kegiatan usahanya.

Baca Juga:
Pemerintah Siapkan Tarif Royalti 0% untuk Proyek Hilirisasi Batu Bara

Pembebasan bea masuk dan fasilitas tidak dipungut PDRI bisa diberikan apabila waktu penggunaan barang konsumsi tersebut relatif singkat dan tidak ditujukan untuk digunakan di luar KEK. Jenis dan jumlah barang konsumsi yang bisa mendapatkan fasilitas diusulkan oleh administrator dan disetujui oleh Dewan Nasional.

Administrator yang dimaksud adalah unit kerja yang menyelenggarakan perizinan usaha, izin lainnya, pelayanan, dan pengawasan di KEK. Sementara itu, Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk pada tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK.

Selain itu, fasilitas bea masuk ke KEK yang tertuang dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a yang awalnya hanya diberikan fasilitas penangguhan, kini bisa diberikan fasilitas penangguhan ataupun pembebasan.

Baca Juga:
RI Pasang Target Lebih Ambisius dalam Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Pasal 32 ayat (3) juga memberikan fasilitas baru berupa fasilitas tidak dipungut PPN atau pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) atas pemanfaatan barang kena pajak (BKP) tidak berwujud dan jasa kena pajak (JKP) di KEK.

Pada Pasal 35 ayat (2), UU No. 39/2009 pada UU Cipta Kerja secara khusus mengatur wajib pajak yang melakukan usaha di KEK akan diberi insentif berupa pengurangan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) serta pajak bumi dan bangunan (PBB).

Pemberian pengurangan BPHTB dan PBB ini tidak tertuang dalam UU No. 39/2009 sebelum UU Cipta Kerja. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 25 April 2024 | 18:30 WIB TIPS PAJAK

Cara Ajukan e-SKTD untuk Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional

Kamis, 25 April 2024 | 17:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

Pemerintah Siapkan Tarif Royalti 0% untuk Proyek Hilirisasi Batu Bara

Kamis, 25 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

RI Pasang Target Lebih Ambisius dalam Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB HARI BUKU SEDUNIA

World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

BERITA PILIHAN
Jumat, 26 April 2024 | 17:30 WIB REFORMASI PAJAK

Reformasi Pajak, Menkeu Jamin Komitmen Adopsi Standar Pajak Global

Jumat, 26 April 2024 | 17:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT Jasa Parkir dan Retribusi Parkir?

Jumat, 26 April 2024 | 16:45 WIB KEBIJAKAN KEPABEAN

Impor Barang Kiriman? Laporkan Data dengan Benar agar Tak Kena Denda

Jumat, 26 April 2024 | 16:30 WIB PENERIMAAN PAJAK

Setoran PPN-PPnBM Kontraksi 16,1 Persen, Sri Mulyani Bilang Hati-Hati

Jumat, 26 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Ada Usulan Tarif Pajak Kripto untuk Dipangkas, Begini Tanggapan DJP

Jumat, 26 April 2024 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Sudah Lapor SPT Tapi Tetap Terima STP, Bisa Ajukan Pembatalan Tagihan

Jumat, 26 April 2024 | 14:37 WIB PERATURAN PERPAJAKAN

Juknis Penghapusan Piutang Bea Cukai, Download Aturannya di Sini

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Indonesia Ingin Jadi Anggota OECD, DJP: Prosesnya Sudah On Track

Jumat, 26 April 2024 | 14:00 WIB KANWIL DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Korporasi Lakukan Tindak Pidana Pajak, Uang Rp 12 Miliar Disita Negara