ilustrasi.
BRUSSEL, DDTCNews—Parlemen Eropa telah memberikan restu untuk Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa atau dikenal dengan sebutan Brexit setelah menjadi anggota kawasan selama hampir setengah abad.
Setelah melalui debat emosional disertai tangisan beberapa pembicara, hasil pemungutan suara mencatatkan 621 mendukung dan 49 menentang kesepakatan Brexit. Inggris resmi keluar dari Uni Eropa mulai Jumat (30/01/2020) malam.
Usai resmi meninggalkan Uni Eropa, Inggris akan memasuki masa transisi selama 11 bulan untuk membicarakan bentuk kerja sama perdagangan dan keamanan dengan Uni Eropa ke depannya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa bentuk kerja sama Uni Eropa dan Inggris tampaknya masih sama ketika Inggris masih menjadi bagian dari serikat yang sama.
“Namun kedua belah pihak tetap memiliki pekerjaan untuk mencari hasil terbaik,” katanya
Perjanjian Brexit telah melewati proses negosiasi berliku selama dua tahun antara Brussels dan perdana menteri Inggris.
Perjanjian tersebut mewajibkan Inggris membayar tagihan perpisahan senilai 39 miliar poundsterling, yang sebagian telah dibayarkan, melindungi hak-hak warga negara di luar negeri, dan menetapkan perbatasan dengan Irlandia.
Dilansir dari Financial Times, Uni Eropa mengharapkan tak ada ketegangan dengan Irlandia saat Inggris memulai perjanjian penetapan perbatasan wilayah. Uni Eropa berharap ada kesepakatan yang damai di antara kedua negara.
Kekhawatiran Uni Eropa bukan tanpa sebab. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sempat berjanji selama kampanye pemilihan umum Inggris, bahwa tidak akan ada pemeriksaan pada barang-barang dari Inggris ke Irlandia Utara, atau sebaliknya.
Namun demikian, janji tersebut ternyata bertentangan dengan mekanisme bea cukai dan sistem peraturan yang ditetapkan dalam kesepakatan. Untuk itu, kata Leyen, Uni Eropa akan memastikan terus memonitor perjanjian antara Inggris dan Irlandia. (rig)