Elon Musk. (foto: cnet1.cbsistatic.com)
WASHINGTON D.C., DDTCNews – CEO Tesla Elon Musk mengaku pernah mengusulkan pengenaan pajak karbon (carbon tax) kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Musk mengatakan usulan pengenaan pajak karbon tersebut ditolak karena dinilai sulit tercapai secara politik. Menurut dia, pajak karbon penting dikenakan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan.
“Saya berbicara dengan pemerintahan Biden … dan mereka bilang seperti ‘Ini sepertinya terlalu sulit secara politis’. Saya pikir pemerintahan Biden harus mengambil sikap tegas terhadap situasi ini. Itu setidaknya setengah dari alasan mereka terpilih,” ujar Musk, dikutip pada Selasa (16/2/2021).
Dalam kampanyenya, Biden sendiri memang tidak pernah menjanjikan adanya pengenaan pajak karbon. Meski demikian, Biden berjanji akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan dan AS pun akan bergabung kembali dalam Perjanjian Paris (Paris Climate Accord).
"Perjanjian Paris itu hanyalah kertas tanpa makna bila pemerintah tidak melakukan tindakan untuk mencegah perubahan iklim," kata Musk, seperti dilansir businessinsider.com.
Pada masa kampanye tahun lalu, Biden juga berjanji akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu menghentikan produksi emisi sektor energi paling lambat pada 2035. Biden juga berjanji akan menghentikan subsidi energi ketika dirinya menjabat.
Menurut Musk, produksi emisi saat ini adalah eksternalitas tanpa harga. Tidak ada insentif bagi pelaku usaha untuk mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil dan beralih pada penggunaan sumber energi terbarukan.
"Bila produksi karbon dikenai harga maka pasar akan merespons dengan rasional. Sejujurnya, rekomendasi utama saya adalah menerapkan pajak karbon," ujarnya.
Selain itu, Musk juga mengimbau industri migas untuk berhenti melobi pemerintah agar tidak mengenakan pajak karbon. Menurutnya, lobi-lobi tersebut justru membuat persepsi masyarakat atas korporasi migas makin buruk. (kaw)