PEREKONOMIAN INDONESIA

Perang Berlanjut, Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Normal

Dian Kurniati | Senin, 01 Agustus 2022 | 17:55 WIB
Perang Berlanjut, Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Normal

Menteri Keuangan Sri Mulyani.

JAKARTA, DDTCNews - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan stabilitas sistem keuangan pada kuartal II/2022 tetap terjaga meski dunia menghadapi dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang berlanjut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perang telah menyebabkan peningkatan ketidakpastian ekonomi global. Dalam kondisi ini, inflasi global makin meningkat, serta respons pengetatan kebijakan moneter global juga menjadi lebih agresif.

"Daya tahan atau resiliensi stabilitas sistem keuangan pada triwulan II/2022 ini menjadi pijakan bagi KSSK untuk tetap optimis namun juga terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang dan akan terus terjadi dan kita hadapi," katanya melalui konferensi video, Senin (1/8/2022).

Baca Juga:
Utang Pemerintah Tembus Rp 8.319 triliun pada Akhir Februari 2024

Sri Mulyani mengatakan KSSK memberikan perhatian pada sejumlah isu global, di antaranya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, meningkatnya risiko stagflasi, dan ketidakpastian pasar keuangan.

Menurutnya, tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina. Hal itu telah menyebabkan meluasnya kebijakan-kebijakan proteksionisme di sejumlah negara, terutama di bidang pangan.

Kemudian, berbagai negara di dunia, terutama Amerika Serikat, telah merespon tingginya inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan meningkatkan suku bunga sehingga menyebabkan pemulihan ekonomi menjadi tertahan. Tak hanya AS, perlambatan pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan terjadi di sejumlah negara seperti Eropa, Jepang, China dan India.

Baca Juga:
Bertemu S&P, Sri Mulyani Sebut Konsolidasi Fiskal RI Cepat dan Kuat

Sri Mulyani menyebut World Bank dan IMF telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. World Bank semula memperkirakan ekonomi global akan tumbuh 4,1%, tetapi direvisi menjadi 2%. Sementara IMF, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,2%, dari semula 3,6%.

"Ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan dr kebijakan moneter telah mengakibatkan aliran keluar modal asing, khususnya investasi portofolio, dan ini juga menekan di berbagai negara berkembang," ujarnya.

Dari sisi dalam negeri, Sri Mulyani memaparkan perbaikan kinerja ekonomi diperkirakan akan berlanjut pada kuartal II/2022. Perbaikan ekonomi ditopang oleh meningkatnya konsumsi, investasi, serta ekspor.

Baca Juga:
Pasar Keuangan Tak Stabil, Penarikan Utang APBN Masih Minim

Berbagai indikator juga terus mencatatkan hasil positif. Misalnya indeks penjualan riil (IPR) yang pada Juni 2022 tumbuh 15,4%, serta PMI manufaktur yang terus ekspansif dari 50,2 pada Juni 2022 menjadi 51,3 pada Juli 2022.

"Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki optimisme terhadap prospek pemulihan ekonomi," imbuhnya.

Meski demikian, Dia menambahkan KSSK akan terus mencermati perkembangan inflasi domestik yang menunjukkan tren meningkat. Laju inflasi pada Juli 2022 tercatat 4,94% secara tahunan, meningkat dari posisi Juni 2022 yang sebesar 4,35%.

Menurutnya, pemerintah akan terus bersinergi dan berkoordinasi dengan Bank Indonesia terkait dengan langkah pengendalian inflasi tersebut. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 28 Maret 2024 | 09:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Utang Pemerintah Tembus Rp 8.319 triliun pada Akhir Februari 2024

Rabu, 27 Maret 2024 | 10:37 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Bertemu S&P, Sri Mulyani Sebut Konsolidasi Fiskal RI Cepat dan Kuat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:15 WIB KINERJA FISKAL

Pasar Keuangan Tak Stabil, Penarikan Utang APBN Masih Minim

Senin, 25 Maret 2024 | 16:00 WIB PENERIMAAN PAJAK

Turun 27 Persen, Setoran Pajak dari Sektor Tambang Hanya Rp 19 Triliun

BERITA PILIHAN
Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Punya Reksadana dan Saham, Gimana Isi Harga Perolehan di SPT Tahunan?

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Cashback Jadi Objek Pajak Penghasilan? Begini Ketentuannya

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:47 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bansos Beras Hingga Akhir Tahun, Jokowi: Saya Usaha, Tapi Enggak Janji

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:31 WIB PENGAWASAN PAJAK

Data Konkret akan Daluwarsa, WP Berpotensi Di-SP2DK atau Diperiksa

Kamis, 28 Maret 2024 | 14:42 WIB PELAPORAN SPT TAHUNAN

Mau Pembetulan SPT Menyangkut Harta 5 Tahun Terakhir, Apakah Bisa?