HASIL DEBAT 30 JUNI-13 JULI 2020

Pemanfaatan Insentif Pajak Minim, 60% Minta Gencarkan Sosialisasi

Redaksi DDTCNews | Selasa, 14 Juli 2020 | 09:00 WIB
Pemanfaatan Insentif Pajak Minim, 60% Minta Gencarkan Sosialisasi

Ilustrasi. Seorang pedagang mengemas kerupuk kulit dagangannya di mobil sekaligus kios berjalan di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (30/6/2020). Berdasarkan data Ditjen Pajak hingga April 2020 sudah ada 200.000 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menggunakan insentif pajak penghasilan (PPh) final ditanggung pemerintah (DTP), yang diberikan untuk memulihkan bisnis pelaku usaha di tengah wabah Covid-19. Namun, jumlah itu masih minim. ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.

JAKARTA, DDTCNews—Sebanyak 60% peserta debat berpendapat perlunya menggencarkan sosialisasi untuk merespons masih minimnya pemanfaatan insentif pajak penanganan dan mitigasi dampak Covid-19. Sisanya, 40% peserta debat menilai perlunya perubahan skema insentif yang sudah ada.

Lomba debat #MariBicara DDTCNews yang bertepatan dengan peringatan Hari Pajak tahun ini diikuti oleh 30 peserta. Dari seluruh peserta tersebut, DDTCNews menetapkan Ahmad Fariz sebagai pemenang lomba debat periode 30 Juni—13 Juli 2020.

Ahmad Fariz berpendapat insentif yang diberikan pemerintah sudah cukup baik meskipun beberapa sektor tidak bisa memanfaatkan karena dibatasinya klasifikasi lapangan usaha (KLU). Namun, menurutnya, sosialisasi yang diberikan masih sangat minim.

Baca Juga:
Realisasi Restitusi Pajak Tumbuh 96,72 Persen pada Kuartal I/2024

“Yang tahu dan concern dengan insentif ini adalah perusahaan middle up yang memang mempunyai SDM khusus untuk menganalisis pajak bagi bisnis mereka dan pastinya konsultan pajak yang memang bidangnya. Di luar itu, saya yakin banyak sekali wajib pajak yang tidak tahu,” katanya.

Apalagi, sambung Ahmad, pelaku UMKM banyak yang mengalami penurunan penjualan. Alhasil, sulit bagi pelaku UMKM melihat secara jernih insentif pajak yang bisa digunakan. Dalam situasi saat ini, mereka cenderung berpikir keberlangsungan usaha dan pembayaran gaji pegawai.

“Ditambah sulitnya administrasi pajak di negara ini, sudah barang tentu para pemilik UMKM kurang melirik akan insentif pajak ini,” imbuhnya.

Baca Juga:
Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, DJP Teken Kerja Sama dengan TNI

Senada dengan Ahmad, Chairunnisyah Siregar menilai faktor sosialisasi sangat berpengaruh untuk membagikan informasi secara merata terkait dengan insentif pajak. Selain itu, kemudahan dalam implementasi juga sangat diperlukan.

“Agar implementasi insentif pajak berjalan dengan optimal, dapat diberlakukan sistem otomatisasi tanpa perlu proses administrasi yang panjang dan sulit,” ujarnya.

Sementara itu, Adjie berpendapat insentif pajak kurang diminati karena adanya permasalahan di dalam peraturannya. Insentif pada dasarnya sangat positif untuk wajib pajak. Jika insentif kurang diminati, sambung dia, ada yang salah di dalam skema kebijakannya. Tentunya, harus diperbaiki.

Baca Juga:
Kapan Sisa Lebih Badan atau Lembaga Nirlaba Pendidikan Jadi Objek PPh?

“Pada intinya wajib pajak menginginkan insentif yang sesuai dengan usaha untuk mendapatkan insentif tersebut (efisien). Melihat jawaban lain, yaitu kurangnya sosialisasi, saya kurang setuju dengan hal ini,” katanya.

Agus Kurniawan berpendapat jika dilihat secara komprehensif, skema kebijakan insentif yang diberikan belum terlalu berdampak pada perbaikan cash flow wajib pajak, terutama untuk pelaku UMKM yang terseok-seok pada masa pandemi Covid-19.

“Melihat hal tersebut, skema kebijakan dari pemerintah perlu ditinjau kembali sehingga kebijakan yang diberikan bisa berpengaruh signifikan terhadap ketahanan usaha di masa pandemi,” tuturnya. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

14 Juli 2020 | 19:31 WIB

Setuju dengan pendapat-pendapat pada artikel ini. Pada dasarinya, kurangnya pemanfaatan insentif tersebut selain karna ketidaktahuan masyarakat, sistem permohonan dan pelaporannya juga masih perlu diperbaiki

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 30 April 2024 | 17:44 WIB KERJA SAMA PERPAJAKAN

Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, DJP Teken Kerja Sama dengan TNI

Selasa, 30 April 2024 | 17:00 WIB PAJAK PENGHASILAN

Kapan Sisa Lebih Badan atau Lembaga Nirlaba Pendidikan Jadi Objek PPh?

Selasa, 30 April 2024 | 15:55 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

DJP Jakbar: Penerimaan Pajak Konstruksi dan Real Estat Tumbuh 25,5%

BERITA PILIHAN
Rabu, 01 Mei 2024 | 09:33 WIB KURS PAJAK 01 MEI 2024 - 07 MEI 2024

Berjalan Sebulan Lebih, Kurs Pajak Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS

Rabu, 01 Mei 2024 | 09:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Aturan Impor Susu Bakal Direlaksasi untuk Program Susu Gratis Prabowo

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Impor Barang Bawaan Tak Dibatasi, Bea Masuk Tetap Sesuai PMK 203/2017

Rabu, 01 Mei 2024 | 07:00 WIB LITERATUR PAJAK

Selamat Hari Buruh! Yuk, Pahami Hak dan Kewajiban Perpajakannya

Selasa, 30 April 2024 | 17:44 WIB KERJA SAMA PERPAJAKAN

Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, DJP Teken Kerja Sama dengan TNI

Selasa, 30 April 2024 | 17:00 WIB PAJAK PENGHASILAN

Kapan Sisa Lebih Badan atau Lembaga Nirlaba Pendidikan Jadi Objek PPh?

Selasa, 30 April 2024 | 16:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Pekerja Migran Perlu Pahami Aturan Barang Kiriman Agar Bebas Bea Masuk

Selasa, 30 April 2024 | 15:55 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

DJP Jakbar: Penerimaan Pajak Konstruksi dan Real Estat Tumbuh 25,5%