KEBIJAKAN PEMERINTAH

OECD Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen Tahun Ini

Muhamad Wildan | Senin, 26 September 2022 | 18:00 WIB
OECD Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen Tahun Ini

Ilustrasi.

PARIS, DDTCNews - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5% pada tahun ini dan mengalami perlambatan menjadi 4,8% pada tahun depan.

Proyeksi OECD tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan asumsi pemerintah pada outlook APBN 2022 dan RAPBN 2023 serta proyeksi Asia Development Bank (ADB) yang dirilis baru-baru ini.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat pada semester II/2022 akibat kenaikan inflasi yang menghambat laju konsumsi rumah tangga," tulis OECD dalam OECD Economic Outlook - Interim Report September 2022, Senin (26/9/2022).

Baca Juga:
Apa Itu PBJT atas Makanan dan Minuman?

Sementara itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun ini akan mencapai 4,1% dan akan sedikit melambat ke level 3,9% pada tahun depan.

Pemerintah sebelumnya memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,1% hingga 5,4% pada tahun ini dan mencapai 5,3% pada 2023. Adapun ADB memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,4% pada tahun ini dan 5% pada tahun depan.

Menurut ADB, perekonomian Indonesia mampu bertahan di tengah volatilitas harga komoditas berkat kuatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor komoditas.

Baca Juga:
PPATK: Masuknya Indonesia di FATF Perlu Diikuti Perbaikan Kelembagaan

Mengenai inflasi, pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI telah menyepakati asumsi inflasi sebesar 3,6% pada tahun depan, lebih rendah dibandingkan dengan outlook inflasi 2022 yang mencapai 4% hingga 4,8%.

Berbanding terbalik, ADB memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun ini mencapai 4,6% dan akan menjadi 5,1% pada tahun depan. ADB memperkirakan inflasi pada kuartal I/2023 akan mencapai 6% dan baru akan melambat ke level 4% pada semester II/2023.

ADB berpandangan kenaikan inflasi pada tahun ini lebih didorong oleh gangguan suplai komoditas dan bukan disebabkan oleh kenaikan ekspektasi inflasi. Hal ini terbukti dengan rendahnya inflasi inti dibandingkan dengan inflasi secara umum. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 19 April 2024 | 18:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT atas Makanan dan Minuman?

Jumat, 19 April 2024 | 17:45 WIB KEANGGOTAAN FATF

PPATK: Masuknya Indonesia di FATF Perlu Diikuti Perbaikan Kelembagaan

Jumat, 19 April 2024 | 17:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Meski Tidak Lebih Bayar, WP Tetap Bisa Diperiksa Jika Status SPT Rugi

BERITA PILIHAN
Jumat, 19 April 2024 | 18:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT atas Makanan dan Minuman?

Jumat, 19 April 2024 | 17:45 WIB KEANGGOTAAN FATF

PPATK: Masuknya Indonesia di FATF Perlu Diikuti Perbaikan Kelembagaan

Jumat, 19 April 2024 | 17:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Meski Tidak Lebih Bayar, WP Tetap Bisa Diperiksa Jika Status SPT Rugi

Jumat, 19 April 2024 | 16:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jokowi Segera Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online

Jumat, 19 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Jangan Diabaikan, Link Aktivasi Daftar NPWP Online Cuma Aktif 24 Jam

Jumat, 19 April 2024 | 15:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Kring Pajak Jelaskan Syarat Piutang Tak Tertagih yang Dapat Dibiayakan

Jumat, 19 April 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

DJP Persilakan WP Biayakan Natura Asal Penuhi 3M