KONSENSUS PAJAK GLOBAL

IMF: Pilar 1 dan 2 Membuat Sistem Pajak Internasional Makin Kompleks

Muhamad Wildan | Kamis, 16 Februari 2023 | 15:30 WIB
IMF: Pilar 1 dan 2 Membuat Sistem Pajak Internasional Makin Kompleks

Senior Counsel IMF Christophe Waerzeggers.

PARIS, DDTCNews - International Monetary Fund (IMF) berpandangan ketentuan dalam Pilar 1: Unified Approach dan Pilar 2: Global Anti Base Erosion (GloBE) sangat kompleks dan bakal meningkatkan biaya administrasi bagi otoritas pajak.

Senior Counsel IMF Christophe Waerzeggers mengatakan keberadaan Pilar 1 dan Pilar 2 tidak menggantikan sistem perpajakan internasional yang saat ini berlaku. Artinya, Pilar 1 dan Pilar 2 justru meningkatkan kompleksitas sistem perpajakan internasional.

"Kompleksitas penerapan kedua pilar tergolong tinggi, utamanya terkait dengan pencegahan pemajakan berganda pada Pilar 1 serta pengenaan inbound dan outbound top-up tax pada Pilar 2," ujar Waerzeggers dalam Tax and Development Days 2023 yang digelar oleh OECD, dikutip Kamis (16/2/2023).

Baca Juga:
Otoritas Ini Mulai Pertimbangkan Kembali Program Diskon Cukai Solar

Waerzeggers mengatakan penerapan Pilar 1 dan Pilar 2 membutuhkan koordinasi yang erat oleh otoritas pajak antaryurisdiksi.

Khusus mengenai Pilar 2, setiap yurisdiksi memiliki kebebasan untuk mengadopsi pajak minimum global lewat ketentuan domestiknya masing-masing. Kompleksitas dari penerapan Pilar 2 berpotensi meningkat bila terdapat perbedaan implementasi oleh beberapa yurisdiksi.

"Variasi dari implementasi Pilar 2 diekspektasikan bakal terjadi. Hal ini perlu diperhatikan oleh OECD dan yurisdiksi," ujar Waerzeggers.

Baca Juga:
Rawan Disalahgunakan Turis, Jepang Pakai Sistem Cashless Tax Refund

Waerzeggers menekankan implementasi Pilar 1 dan Pilar 2 oleh suatu yurisdiksi bakal dipengaruhi oleh bagaimana negara lain mengimplementasikan kedua pilar tersebut. Tanpa adanya mekanisme kerja sama dan pertukaran informasi perpajakan yang jelas, Pilar 1 dan Pilar 2 berpotensi sulit diimplementasikan.

Khusus bagi otoritas pajak negara berkembang, implementasi Pilar 1 dan Pilar 2 dinilai bakal sangat menantang. Kebanyakan otoritas pajak negara berkembang memiliki sumber daya yang terbatas dan sedang sibuk melaksanakan agenda reformasi pajaknya masing-masing.

Waerzeggers mengatakan masih banyak negara berkembang yang belum mampu mengimplementasikan inisiatif-inisiatif dalam BEPS Action Plan dengan baik. Kehadiran Pilar 1 dan Pilar 2 justru menambah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh otoritas pajak negara berkembang.

Baca Juga:
Antisipasi Overtourism, Negara Ini Diminta Terapkan Pajak Turis

Sebagai informasi, Pilar 1 akan menjadi landasan dari realokasi hak pemajakan kepada yurisdiksi pasar atas penghasilan yang diperoleh perusahaan multinasional meski perusahaan tidak memiliki kehadiran fisik di yurisdiksi pasar.

Yurisdiksi pasar mendapatkan hak pemajakan atas 25% dari residual profit yang diterima korporasi multinasional yang tercakup pada Pilar 1. Residual profit adalah setiap laba korporasi multinasional yang berada di atas laba global sebesar 10%.

Adapun Pilar 2 akan menjadi landasan penerapan pajak minimum global dengan tarif sebesar 15%. Apabila tarif pajak efektif perusahaan multinasional pada suatu yurisdiksi tak mencapai 15%, top-up tax berhak dikenakan oleh yurisdiksi tempat korporasi multinasional bermarkas.

Pengenaan top-up tax dilakukan didasarkan pada income inclusion rule (IIR). Pajak minimum global ini hanya akan berlaku atas perusahaan multinasional dengan pendapatan di atas EUR750 juta. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Jumat, 26 April 2024 | 17:30 WIB REFORMASI PAJAK

Reformasi Pajak, Menkeu Jamin Komitmen Adopsi Standar Pajak Global

Jumat, 26 April 2024 | 17:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT Jasa Parkir dan Retribusi Parkir?

Jumat, 26 April 2024 | 16:45 WIB KEBIJAKAN KEPABEAN

Impor Barang Kiriman? Laporkan Data dengan Benar agar Tak Kena Denda

Jumat, 26 April 2024 | 16:30 WIB PENERIMAAN PAJAK

Setoran PPN-PPnBM Kontraksi 16,1 Persen, Sri Mulyani Bilang Hati-Hati

Jumat, 26 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Ada Usulan Tarif Pajak Kripto untuk Dipangkas, Begini Tanggapan DJP

Jumat, 26 April 2024 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Sudah Lapor SPT Tapi Tetap Terima STP, Bisa Ajukan Pembatalan Tagihan

Jumat, 26 April 2024 | 14:37 WIB PERATURAN PERPAJAKAN

Juknis Penghapusan Piutang Bea Cukai, Download Aturannya di Sini

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Indonesia Ingin Jadi Anggota OECD, DJP: Prosesnya Sudah On Track

Jumat, 26 April 2024 | 14:00 WIB KANWIL DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Korporasi Lakukan Tindak Pidana Pajak, Uang Rp 12 Miliar Disita Negara