Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo
JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) membuka opsi relaksasi untuk menggerakkan sektor manufaktur. Hal tersebut menjadi bahan pembahasan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan depan.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan ekspansi sektor manufaktur menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, relaksasi dari sisi moneter menjadi instrumen yang akan terus dilakukan oleh Bank Indonesia.
“Soal room untuk kelonggaran lagi kita akan lihat ke depannya. Sebentar lagi akan dilakukan RDG dan Pak Gubernur [Perry Warjiyo] telah katakan ruang [pelonggaran] masih ada. Tinggal timing-nya harus tepat,” katanya dalam Seminar Internasional bertajuk 'Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth', Senin (12/8/2019).
Pelonggaran moneter, sambung Dody, sudah dilakukan dengan dua kebijakan utama. Pertama, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan pada Juli 2019. Kedua, operasi moneter yang dilakukan untuk menambah likuiditas dan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM).
Dukungan otoritas moneter untuk memacu sektor manufaktur, menurut Dody, akan dilakukan secara sistematis. Sektor industri prioritas menjadi target untuk mendapatkan relaksasi secara khusus.
Dody menjabarkan sektor unggulan tersebut antara lain industri tekstil, otomotif dan industri alas kaki. Ketiga sektor usaha tersebut masih memiliki ruang untuk ekspansi ke pasar internasional.
“Kita akan dorong quick win untuk sektor unggulan. Kita tidak bisa memilih semua didorong dan quick win itu tentu akan jadi prioritas. Semua akan mengeroyok apa sektor prioritas,” paparnya.
Kebijakan untuk mendorong pertumbuhan manufaktur tersebut akan dilakukan dalam bingkai bauran kebijakan fiskal dan moneter. Harapannya, pertumbuhan sektor industri pengolahan melalui investasi baru bisa naik pada di tahun-tahun mendatang.
“Investasi pernah masa berjaya yang secara historis tumbuh 7%—8% untuk investasi swasta. Saat ini, pertumbuhan sektor privat di luar konstruksi pada semester I/2019 hanya 3,07%. Jadi, pertumbuhan yang hanya separuhnya. Ini jadi tantangan kita,” imbuhnya. (kaw)