PERINGATAN HARI ANTIKORUPSI

Begini Arahan Sri Mulyani ke DJP

Redaksi DDTCNews
Kamis, 01 Desember 2016 | 18.47 WIB
Begini Arahan Sri Mulyani ke DJP

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan arahannya pada peringatan hari antikorupsi yang digelar Ditjen Pajak, Kamis (1/12). Ia kembali menyinggung pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu oknum Ditjen Pajak yang beberapa waktu lalu terkena operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menteri Keuangan mengatakan reformasi birokrasi untuk memerangi korupsi, inovasi, berbagai upaya lain telah dilakukan. Bahkan whistle blowing system juga diterapkan agar meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat pada pegawai pajak.

“Tema peringatan hari anti korupsi sangat relevan dan mengena, terutama saat ini Ditjen Pajak baru saja terkait dengan kasus pengkhianatan pegawainya. Saya ucapkan terima kasih sekali tema ini diangkat, khususnya untuk menggambarkan kebulatan seluruh jajaran Ditjen Pajak untuk satukan langkah dan jiwa lawan korupsi,” ujarnya di Jakarta, Kamis (1/12).

Bentuk perlawanan anti korupsi bisa dilakukan oleh masyarakat melalui whistle blowing, jika ditemukan jajaran Ditjen Pajak yang melakukan tipikor. Menurutnya mekanisme whistle blowing sudah dijaga konsistennya untuk tetap diadakan hingga saat ini.

Sistem whistle blowing tersebut juga berfungsi untuk mengevaluasi berbagai kesalahan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak. Sehingga, peran serta institusi lain dalam menegakkan anti tindakan korupsi bisa dikurangi.

Pada saat Ditjen Pajak maupun Kementerian Keuangan menerima laporan melalui whistle blowing, maka tindakan berupa self defence mechanism akan segera diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah atas pelaporan tersebut.

Sri mengharapkan bentuk self defence mechanism mampu menimbulkan dan meningkatkan respect antara masyarakat dengan pegawai Ditjen Pajak. Jajaran internal Ditjen Pajak memiliki kemampuan untuk mengoreksi kesalahan dengan cara evaluasi, baik kesalahan kecil maupun besar.

“Kami sebagai institusi harus terus menerus melakukan evaluasi dalam sistem bekerja. Titik rawan yang berpeluang menciptakan tipikor merupakan godaan yang tentu sulit dihadapai, karena kami hanya manusia biasa,” tuturnya. (Amu/Gfa)

Editor :
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.