Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (25/11/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mengaku segera merespons kenaikan harga beras, tahu, dan tempe yang terjadi pada beberapa bulan terakhir.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah akan meningkatkan pasokan beras di pasar melalui Perum Bulog. Cara ini diyakini bisa menstabilkan harga beras di tengah anjloknya angka produksi.
"Penguatan stok nasional terus dilakukan melalui koordinasi tim pengendali inflasi pusat (TPIP) dan tim pengendali inflasi daerah (TPID), yaitu dengan menghimpun produksi dari daerah-daerah sentra," ujar Febrio dalam keterangan resminya, Jumat (2/12/2022).
Adapun kenaikan harga tahu dan tempe disebabkan oleh naiknya harga kedelai global dan turunnya stok kedelai di dalam negeri. Untuk menstabilkan harga dan pasokan, pemerintah mengaku telah melaksanakan impor kedelai.
"Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga pangan, terutama menjelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), untuk memastikan inflasi semakin terkendali," tulis BKF dalam keterangan resminya.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras terus mengalami kenaikan pada 4 bulan terakhir akibat turunnya produksi beras dan juga imbas dari kenaikan harga BBM bersubsidi.
Beras tercatat mengalami inflasi bulanan tertinggi pada September 2022 sebesar 1,44%. Pada bulan berikutnya, beras mengalami perlambatan inflasi bulanan menjadi 1,13%. Pada November, beras hanya mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37%.
Pada November 2022, harga beras tercatat sudah mencapai Rp11.877 per kilogram. Adapun produksi beras pada bulan lalu tercatat hanya sebanyak 2,24 juta ton.
Selanjutnya, inflasi bulanan tahu dan tempe pada November 2022 tercatat masing-masing sebesar 2,12% dan 2,13% akibat kurangnya stok kedelai di dalam negeri. (sap)