PEREKONOMIAN GLOBAL

World Bank Sebut Risiko Resesi Global pada 2023 Meningkat

Dian Kurniati
Selasa, 20 September 2022 | 15.00 WIB
World Bank Sebut Risiko Resesi Global pada 2023 Meningkat

Gedung World Bank. (foto: worldbank.org)

JAKARTA, DDTCNews - World Bank mengingatkan ancaman resesi global pada tahun depan ketika bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap tren kenaikan inflasi.

World Bank Group President David Malpass menyebut bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga, dan tren ini diperkirakan berlanjut hingga 2023. Dia pun mengingatkan respons terhadap inflasi harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menekan pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," katanya, dikutip pada Selasa (20/9/2022).

Malpass menjelaskan studi World Bank menyoroti keadaan luar biasa ketika bank sentral berupaya mengatasi lonjakan inflasi yang tengah terjadi saat ini. Beberapa indikator historis resesi global juga sudah memberikan peringatan.

Perekonomian global telah mengalami perlambatan paling tajam setelah pemulihan pasca-resesi sejak 1970. Kepercayaan konsumen global juga sudah menurun lebih tajam dibandingkan dengan resesi global sebelumnya.

Menurut Malpass, perlambatan ekonomi biasanya memerlukan kebijakan kontra-siklus guna mendukung aktivitas ekonomi. Namun, tekanan inflasi dan ruang fiskal yang terbatas mendorong para pembuat kebijakan untuk menarik kebijakan tersebut, bahkan ketika ekonomi global melambat tajam

Sementara itu, Wakil Presiden World Bank untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi Berkeadilan Ayhan Kose menyebut bank sentral perlu mengupayakan langkah-langkah pengendalian inflasi tanpa memperbesar risiko resesi.

Selain itu, sambungnya, otoritas fiskal juga harus secara hati-hati mengalibrasi penarikan langkah dukungan fiskal sambil memastikan konsistensi dengan tujuan kebijakan moneter.

Beberapa negara diperkirakan bakal mengetatkan kebijakan fiskal 2023 ke level tertinggi sejak awal 1990-an. Namun, pembuat kebijakan diharapkan tetap menerapkan rencana fiskal jangka menengah yang kredibel serta memberikan bantuan untuk rumah tangga yang rentan.

"Pengetatan kebijakan moneter dan fiskal kemungkinan akan efektif membantu dalam mengurangi inflasi, tetapi juga dapat saling memperparah perlambatan pertumbuhan global," ujar Kose. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.