Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan respons atas beberapa pertanyaan awak media dalam konferensi pers APBN Kita. (tangkapan layar Youtube Kemenkeu)
JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah mengambil langkah cepat dalam pemenuhan pembiayaan utang. Langkah ini dilakukan karena turunnya penerimaan pajak di tengah melambungnya kebutuhan belanja akibat adanya pandemi Covid-19.
Per Mei 2020, Kementerian Keuangan mencatat sisa lebih pembiayaan anggaran (Silpa) mencapai Rp176,4 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Simak artikel ‘Duh, Realisasi Penerimaan Pajak Akhir Mei 2020 Turun Makin Dalam’.
Tercatat, defisit anggaran pada akhir Mei 2020 sudah mencapai Rp179,6 triliun, bertumbuh 42,8% (yoy). Di sisi lain, realisasi pembiayaan tercatat sudah mencapai Rp356,1 triliun atau 41,7% dari pembiayaan yang dianggarkan dengan pertumbuhan mencapai 122,6 (yoy).
"Pasar surat berharga negara (SBN) sudah mulai bullish seiring dengan tren incoming bid lelang surat utang negara (SUN) yang mulai naik sejak April," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (16/6/2020).
Sri Mulyani mengatakan incoming bid dari investor asing sudah berada pada kondisi normal seiring dengan terjadinya net buy dari investor asing pada beberapa pekan terakhir. Pada Mei 2020 dan dua pekan pertama Juni 2020, Kementerian Keuangan mencatat net buy asing pada SBN masing-masing senilai RP7,1 triliun dan Rp4,9 triliun.
Secara lebih rinci, pembiayaan SBN neto tercatat sudah mencapai Rp369 triliun atau 67,1% dari target Perpres No. 54/2020 dengan pertumbuhan mencapai 98,3% secara tahunan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman mengatakan ke depan pihaknya akan terus memperkuat penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) serta memperkuat kerja sama pinjaman program dengan mitra multilateral seperti World Bank, ADB, dan lain-lain.
"Target pinjaman multilateral kita tahun ini meningkat jadi US$7 miliar hingga US$8 miliar," kata Luky.