Ilustrasi industri manufaktur.
JAKARTA, DDTCNews—Pemerintah memprediksi para pelaku usaha manufaktur akan mengalami krisis bahan baku mulai Maret 2020 karena efek virus Corona.
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan produksi industri manufaktur saat ini masih berjalan normal karena masih ada stok bahan baku. Namun, efek Corona akan tetap terasa karena 74% impor bahan baku barang modal berasal dari China.
“Maret nanti saat industri kita kesulitan bahan baku manufaktur. Ini harus dihitung. Karena itu pemerintah sekarang terus monitor,” katanya di Jakarta, Senin (24/2/2020).
Susiwijono menilai dampak virus Corona tak bisa dibandingkan dengan wabah SARS pada 2003. Pasalnya, dampak Corona diperkirakan dua kali lipat lebih besar ketimbang SARS seiring dengan membesarnya ekonomi China.
Pada 2003, PDB China masih US$1,7 triliun. Namun tahun lalu, PDB China sudah melonjak 8 kali menjadi US$14,4 triliun. Alhasil, kontribusi ekonomi China terhadap PDB dunia juga turut melonjak dari sebelumnya 5,9% menjadi 13%.
Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia Rosan Roeslani menyebut pengusaha tengah mencari alternatif negara sumber bahan baku industri di luar China. Salah satunya bahan baku industri tekstil yang berasal dari India.
"Memang harus dicari terobosan, dengan potensi negara-negara lain yang bisa menggantikan barang modal itu, walaupun tidak secara keseluruhan," katanya.
Untuk diketahui, industri manufaktur atau pengolahan adalah sektor usaha dengan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tahun lalu, industri manufaktur menyumbang 21% dari total nilai PDB Indonesia. (rig)