Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
JAKARTA, DDTCNews—Kementerian Keuangan memastikan kebijakan counter cyclical atau menjaga kestabilan ekonomi akan dilanjutkan kembali pada tahun ini di tengah ancaman resesi ekonomi dunia.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kebijakan counter cyclical diperlukan untuk menghadapi pelbagai tantangan ekonomi 2020 yang sudah terlihat sejak awal tahun ini.
"Pada 2020 proyeksi [ekonomi] positif akan terjaga meskipun perkembangan pada Januari ini tidak membuat happy," katanya di Kompleks Parlemen, Selasa (29/1/2020).
Hal-hal yang membuat Sri Mulyani tidak happy itu di antaranya kabar perihal wabah virus Corona. Imbasnya, momentum pertumbuhan domestik China menjadi terganggu, sehingga turut memengaruhi negara-negara lainnya.
Selain itu, dinamika geopolitik di Timur Tengah dan gejolak politik AS yang memasuki musim pemilu juga menjadi tantangan perlu diwaspadai Kemenkeu, terutama dalam menjaga ruang fiskal tetap mencukupi.
"(Imbas faktor eksternal) tetap harus diantisipasi spill over ke dalam negeri dengan terus memonitor ruang fiskal," ungkapnya.
Untuk menjaga kestabilan ekonomi, Kemenkeu akan melakukan sejumlah kebijakan dari pelbagai sisi. Misal dari penerimaan, pemerintah akan mendukung kegiatan usaha melalui fasilitas fiskal atau pajak.
Dari sisi belanja, pemerintah akan mengakselerasi sejak kuartal I/2020 sebagai bantalan pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara dari sisi pembiayaan, pemerintah akan menjaga agar tidak melebar dari target APBN 2020 sebesar Rp307,2 triliun.
"Kebijakan pajak akan memberikan dukungan berupa restitusi dengan tata kelola yang diperbaiki dan insentif perpajakan. Belanja dilakukan secara produktif dan pembiayaan dijaga secara hati-hati serta akuntabel," imbuhnya.
Untuk diketahui, kebijakan counter cyclical merupakan strategi pemerintah untuk melawan tren booming ekonomi atau resesi ekonomi melalui langkah-langkah fiskal. Hal ini dilakukan guna menjaga ekonomi tetap stabil. (rig)