KEBIJAKAN PEMERINTAH

Penjualan Domestik Anjlok, Industri Otomotif Butuh Suntikan Insentif

Aurora K. M. Simanjuntak
Rabu, 03 Desember 2025 | 08.30 WIB
Penjualan Domestik Anjlok, Industri Otomotif Butuh Suntikan Insentif
<p>Ilustrasi. Pengunjung memadati ruang pamer kendaraan pada hari terakhir pameran otomotif GIIAS 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (3/8/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.</p>

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri otomotif masih membutuhkan insentif fiskal guna memacu daya saing, mempertahankan utilisasi pabrik, serta melindungi investasi dan pekerja industrinya.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief mengungkapkan saat ini penjualan kendaraan di dalam negeri sedang anjlok. Padahal, indikator utama untuk mengukur kesehatan industri otomotif adalah penjualan kendaraan ke pasar.

"Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di kala penjualan EV impor naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan tersebut," ujarnya, dikutip pada Rabu (3/12/2025).

Febri berpandangan insentif fiskal berpotensi menurunkan harga kendaraan sehingga kepercayaan pasar terhadap sektor otomotif membaik. Selain itu, masyarakat, terutama kalangan menengah serta orang yang membeli mobil pertama kali dan peka terhadap perubahan harga, menjadi lebih mampu membeli kendaraan.

Dengan demikian, dia meyakini kebijakan insentif dapat merangsang para pelaku industri otomotif sekaligus memberi manfaat konkret bagi masyarakat selaku konsumen.

"Walaupun Kemenperin belum merumuskan jenis, bentuk dan target insentif atau stimulus, tapi usulannya akan mengarah ke segmen kelas menengah ke bawah dan didasarkan pada nilai TKDN," tuturnya.

Febri mengungkapkan insentif fiskal nantinya bakal menjadi angin segar bagi industri otomotif di tengah penjualan mobil yang anjlok. Dia juga berharap suntikan stimulus dapat memulihkan pasar kendaraan bermotor dan menjaga keberlangsungan industri otomotif nasional.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) pada Januari-Oktober 2025 hanya sebanyak 634.844 unit. Angka wholesales itu turun 10,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 711.064 unit.

Sementara itu, secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025 atau turun 9,6% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 731.113 unit.

Febri melaporkan penurunan paling dalam terjadi pada segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri otomotif nasional, yaitu segmen entry, dengan harga on the road (OTR) kurang dari Rp200 juta. Penjualan mobil pada segmen ini turun hingga 40%.

Selain itu, penjualan segmen low MPV dengan harga mobil kisaran Rp200–Rp400 juta merosot 36%, dan segmen kendaraan komersial turun 23%. Febri mengatakan ketiganya selama ini menyasar konsumen domestik, terutama kelompok masyarakat kelas menengah, serta menjadi basis produksi terbesar di dalam negeri.

"Tidak adanya intervensi kebijakan akan membuat tekanan ini semakin dalam, dan efeknya dapat memengaruhi struktur industri secara keseluruhan," tutup Febri. (dik)

Editor : Dian Kurniati
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Ingin selalu terdepan dengan kabar perpajakan terkini?Ikuti DDTCNews WhatsApp Channel & dapatkan berita pilihan di genggaman Anda.
Ikuti sekarang
News Whatsapp Channel
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.