KEBIJAKAN EKONOMI

Negosiasi Tarif Resiprokal dengan AS Berlanjut, Apa Saja yang Dibahas?

Aurora K. M. Simanjuntak
Kamis, 10 Juli 2025 | 11.00 WIB
Negosiasi Tarif Resiprokal dengan AS Berlanjut, Apa Saja yang Dibahas?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/bar

JAKARTA, DDTCNews - Negosiasi tarif bea masuk resiprokal antara Indonesia dan AS masih berlanjut selama 3 pekan ke depan. Kedua negara pun menargetkan agar diskusi bisa tuntas dengan memprioritaskan prinsip saling menguntungkan.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia menjadi negara pertama yang diterima AS setelah pengumuman tarif resiprokal pada 9 Juli. Menurutnya, hal ini mencerminkan komitmen kuat Indonesia-AS dalam menjaga stabilitas hubungan perdagangan.

"Kami sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progress perundingan. Ke depan, kami akan terus berupaya menuntaskan negosiasi ini dengan prinsip saling menguntungkan," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (10/7/2025).

Delegasi Indonesia yang dipimpin Airlangga telah bertemu dengan U.S. Secretary of Commerce Howard Lutnick dan United States Trade Representative Jamieson Greer. Dalam perundingan itu, pemerintah mengapresiasi proses negosiasi yang selama ini berjalan konstruktif.

Dia menjelaskan pertemuan juga membahas sejumlah isu, seperti tarif bea masuk, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi. Isu ini akan menjadi topik utama dalam diskusi intensif Indonesia-AS dalam 3 pekan ke depan.

"Kita ingin meningkatkan hubungan komersial dengan AS. Pekan lalu, perusahaan Indonesia di bidang pertanian dan energi telah menandatangani MoU dengan perusahaan AS untuk pembelian produk unggulan AS dan meningkatkan investasi," tuturnya.

Dalam pertemuan bilateral, Indonesia dan AS sama-sama melihat potensi besar untuk menjalin kerja sama di sektor mineral kritis. Menurut Airlangga, AS tertarik karena melihat posisi Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel, tembaga dan kobalt yang besar.

Dia menilai perluasan kerja sama di sektor tersebut bisa menjadi bahan negosiasi. Dia mengatakan diskusi dengan AS masih berlanjut guna memastikan kerja sama yang terjalin nantinya mampu memberikan manfaat bagi kedua negara.

"AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk memperkuat kemitraan di bidang mineral kritis. Indonesia memiliki cadangan besar nikel, tembaga, dan kobalt, dan kita perlu mengoptimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral kritis tersebut," ujarnya. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Ingin selalu terdepan dengan kabar perpajakan terkini?Ikuti DDTCNews WhatsApp Channel & dapatkan berita pilihan di genggaman Anda.
Ikuti sekarang
News Whatsapp Channel
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.