Gedung Kementerian Keuangan. (foto: Kemenkeu)
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun ini diproyeksi tidak akan sebesar dari rencana awal.
Sri Mulyani mengatakan penerbitan SBN dapat diturunkan sejalan dengan penerimaan negara yang tinggi. Kondisi ini juga diharapkan dapat berdampak positif terhadap tingkat imbal hasil atau yield SBN.
"Diharapkan SBN kinerjanya menjadi bagus, seperti yang dikatakan Pak Gubernur [BI], kita akan menjaga SBN ini yield-nya menjadi lebih kompetitif untuk kemudian cost of fund-nya menjadi lebih baik," katanya, dikutip pada Rabu (2/8/2023).
Sri Mulyani mengatakan penerbitan SBN dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti kinerja penerimaan perpajakan dan kondisi kas negara. Apabila penerimaan perpajakan tinggi dan kas negara kuat, penerbitan SBN dapat dipangkas.
Pada semester I/2023, dia memandang penerimaan perpajakan masih terus mengalami pertumbuhan meski dihadapkan pada tantangan berupa moderasi harga komoditas. APBN pun masih tercatat surplus Rp152,3 triliun atau setara dengan 0,71% PDB.
Dia menyebut pemerintah akan terus memantau kinerja APBN pada semester II/2023. Pasalnya, belanja kementerian/lembaga biasanya mengalami akselerasi yang kuat pada bulan-bulan jelang tutup buku.
Di sisi lain, pertumbuhan penerimaan perpajakan juga bisa cukup tinggi pada akhir tahun.
Dari evaluasi kinerja APBN semester I/2023, pemerintah memperkirakan penerbitan SBN neto hingga akhir tahun hanya akan senilai Rp362,9 triliun. Angka ini hanyalah sebesar 50,9% dari target penerbitan SBN neto pada tahun ini yang semula direncanakan mencapai Rp712,9 triliun.
Proyeksi penerbitan SBN yang kecil ini berdasarkan outlook defisit APBN yang hanya 2,28% PDB, juga lebih rendah dari rencana awal 2,84% PDB.
"Namun kami sudah cukup optimistis issuance utang kita tahun ini akan dikurangi. Kita turunkan sangat drastis, hampir 50% sendiri," ujarnya.
Sementara soal Kinerja pasar SBN, Sri Mulyani memaparkan masih menunjukkan tren penguatan hingga Juli 2023, dengan yield SBN seri benchmark 10 tahun menguat 66 basis points secara year-to-date ke level 6,28% per 28 Juli 2023. Tren penguatan tersebut didukung antara lain oleh terkendalinya laju inflasi dalam negeri serta kebijakan pengurangan target penerbitan SBN seiring masih kuatnya kinerja APBN.
Selain itu, kinerja perekonomian yang solid dan pasar keuangan domestik yang kondusif juga mendorong investor asing masuk ke pasar SBN senilai Rp91,86 triliun secara year-to-date di tengah volatilitas pasar keuangan global. (sap)