Ilustrasi. (foto: Global Textiles)
JAKARTA, DDTCNews – Kementerian Perindustrian memproyeksi industri manufaktur masih akan terakselerasi pada tahun depan, bersamaan dengan momentum pemilihan umum. Beberapa investor diyakini masih akan percaya diri untuk membenamkan modalnya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan salah satu katalis kuat yang mampu mendongkrak pertumbuhan industri pada 2019 adalah lonjakan konsumsi makanan dan minuman (mamin) serta tekstil dan produk tekstil (TPT).
“Komoditas itu yang umumnya banyak dibutuhkan saat musim kampanye,” ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenperin, Kamis (27/12/2018).
Menilik data Kementerian Perindustrian, pada 2014 – bersamaan dengan momentum pemilu – pertumbuhan industri pengolahan naik menjadi 5,61% dibandingkan tahun sebelumnya 5,45%. Kenaikan ini ditopang industri mamin, TPT, kulit, barang dari kulit, serta alas kaki.
Airlangga beralasan kondisi perekonomian saat ini sudah jauh berbeda dengan posisi 2000-an. Pertumbuhan ekonomi dunia yang sudah tidak double digit pada gilirannya berimbas pada performa pertumbuhan sektor industri manufaktur.
“Rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di seluruh negara berkisar 17 persen,” imbuhnya.
Bank Dunia mencatat pada 2017, ada lima negara yang sektor industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata terhadap perekonomian. Kelima negara itu adalah China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), Jerman (20,6%), dan Indonesia (20,5%).
Bagaimanapun, perkembangan industri manufaktur akan berdampak pada penerimaan pajak. Apalagi, dengan kontribusi sekitar 30% kepada total penerimaan pajak, kinerja sektor manufaktur melambat pada tahun ini. Hingga November 2018, penerimaan sektor tersebut tercatat tumbuh 12,74%, lebih rendah dari posisi tahun lalu yang mencapai 18,39%.
Pada tahun depan, Airlangga memproyeksi industri pengolahan nonmigas akan tumbuh hingga 5,4%, hanya tipis di atas asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2019 sebesar 5,3%. Industri mampin, sambungnya, akan tumbuh sekitar 9,86%.
Selanjutnya, pertumbuhan industri mesin diharapkan akan menembus 7%, industri TPT sebesar 5,61 persen, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 5,40%, serta industri barang logam, komputer, dan barang elektronika 3,81%.
“Pada tahun depan, kami juga akan genjot sektor itu agar mampu meningkatkan nilai ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih. Selain itu dapat mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” jelasnya. (kaw)