JAKARTA, DDTCNews - Setelah dua periode April dan Mei neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit. Baru pada Juni statistik berubah positif lantaran turunnya volume impor.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam rilis BPS pada Senin (16/7). Dalam catatannya ada penurunan tajam aktivitas impor selama bulan Juni 2018.
"Impor mengalami penurunan tajam sebesar 36,27% menjadi US$11,26 miliar dari bulan sebelumnya. Penurunan impor ini hal yang biasa pada libur panjang," katanya.
Secara sektoral, BPS mencatat seluruh barang impor mengalami penurunan. Barang konsumsi turun 41,85% secara bulanan menjadi US$1,01 miliar.
Penurunan sektor ini dipicu oleh berkurangnya impor beras, gula, bawang putih, vaksin dan obat-obatan. Sementara itu, impor barang modal turun 37,81% secara bulanan menjadi US$1,74 miliar. Jenis barang yang mengalami penurunan impor antara lain tisu, laptop dan mesin, serta peralatan telekomunikasi.
Alhasil, turunnya impor berdampak positif pada neraca perdagangan RI. Tercatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 surplus US$1,74 miliar.
Posisi ini diperoleh dari angka neraca ekspor yang tercatat sebesar US$13 miliar atau lebih tinggi dibandingkan nilai neraca impor yang sebesar US$11,26 miliar.
"Surplus ini cukup lumayan, tapi kami harapkan meningkat," ujar pria yang akrab disapa Kecuk ini.
Sementara itu, bila dilihat berdasarkan tahun kalender sepanjang Januari-Juni 2018, maka neraca perdagangan masih mengalami defisit sebesar US$2,83 miliar. (Amu)